Blandrangan, Tradisi Warisan Sunan Kudus

TABUH: Petugas YM3SK saat melakukan tabuh beduk di puncak Menara Kudus, beberapa waktu lalu. (ISTIMEWA / JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Ramadan merupakan bulan suci yang diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia. Tanpa terkecuali. Oleh sebab itu, hampir di setiap daerah memiliki tradisi tertentu untuk menyambut datangnya bulan suci ini. Tak terkecuali Kabupaten Kudus.

Kota Kretek memiliki caranya tersendiri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Yakni dengan melaksanakan tradisi Tabuh Beduk Blandrangan di Menara Kudus. Tepat satu hari sebelum datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi tersebut pada awalnya dilakukan oleh Sunan Kudus di atas menara, sebagai penanda datangnya Ramadan.

Selamat Idulfitri 2024

Saat ini, tradisi tersebut terus dilestarikan oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Kabupaten Kudus. Berbeda dengan zaman Sunan Kudus, tradisi Tabuh Beduk Blandrangan kini dilakukan oleh enam orang.

Baca juga:  Terinspirasi Usai Pulang Umrah, Bangun Masjid Berbentuk Ka'bah

Diawali dengan berdoa bersama di tajuk menara, enam orang pelaksana Blandrangan kemudian bersama-sama naik menuju puncak menara. Di atas menara, dua orang bertugas menabuh beduk secara bergantian dengan irama yang khas. Sedangkan empat orang lainnya melantunkan selawat dan doa hingga menjelang magrib.

Ketua YM3SK Nadjib Hasan mengatakan, tradisi Tabuh Beduk Blandrangan juga erat kaitannya dengan tradisi Dhandhangan, atau yang kerap dikenal sebagai pasar malam jelang Ramadan. Hal itu dikarenakan, Blandrangan merupakan cikal bakal terciptanya Dhandhangan di Kota Kretek.

“Sebenarnya tradisi Dhandangan di masa Sunan Kudus sendiri itu seperti berjualan aneka makanan dan suvenir khas untuk menyambut bulan puasa. Contohnya seperti intip ketan bakar. Itu adalah salah satu makanan khas untuk menyambut bulan suci Ramadan. Jadi masyarakat berjalan-jalan dan belanja sambil mendengarkan tabuhan beduk,” jelasnya. (abd/ern)