Oleh: Fatimatuzahrotul Aini, S.Sos
Dewan Pembina Pengurus Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang & Jaringan RMI Putri PC RMI PCNU Kota Semarang
PUASA bagi orang Islam adalah perisai diri untuk dunia dan akhirat. Puasa menjadi pelindung yang akan melindungi bagi siapa saja yang mengerjakannya, utamanya kewajiban berpuasa bagi umat muslim di bulan suci Ramadhan. Telah hampir dua minggu umat muslim di dunia menjalankan puasa Ramadhan di tahun 1443 H, tidak asing lagi jika puasa Ramadhan menjadi ibadah yang istimewa karena memiliki banyak keutamaan. Puasa tidak hanya menahan nafsu makan dan minum, tetapi mengendalikan amarah juga penting agar tidak mengurangi pahala dan bisa jadi berakibat membatalkan puasa. Namun, tidak sedikit juga orang yang sudah dapat dikatakan sempurna puasanya karena mampu mengontrol nafsu amarah. Mengontrol nafsu amarah tidak hanya di kehidupan sosial secara nyata, namun aktivitas di media sosial juga perlu diterapkan.
Media sosial menjadi wadah bagi setiap orang dalam aktivitas dan komunikasi secara virtual. Media sosial tidak hanya digunakan oleh kaum millennial, namun para orang tua ikut mendominasi aktivitas penggunaan media sosial sebagai sarana mencari informasi, hiburan, kajian agama, komunikasi antar kerabat serta keluarga dan wadah aspirasi secara bebas. Namun, akhir-akhir ini media sosial banyak memicu perpecahan, sensasi dan konflik bagi masyarakat dengan adanya isu sosial yang dibagikan melalui media sosial dengan luas dan cepat. Tidak sedikit pengguna media sosial yang meluapkan amarahnya dengan mencela individu atau kelompok melalui teks dan video, membuat penyatan hoaks dan aktif mengomentari hal-hal memicu konflik. Contoh isu sosial yang dekat dengan masyarakat akhir-akhir ini terkait harga sembako dan bahan bakar naik, menghakimi individu, intoleran, ujaran kebencian pada Ulama, Umara dan perbedaan suku, agama, ras dan lain sebagainya dengan menunjukkan pesan-pesan sarkasme.
Era digital membuka setiap orang untuk bebas berpendapat salah satunya di media sosial, namun perlu ditekankan bagi umat muslim khususnya untuk lebih bijak dalam bermedia sosial. Hal ini yang perlu kita perhatikan terutama saat beraktivitas ibadah puasa dengan bermain media sosial. Ada cara menahan diri agar tidak mudah amarah dengan mengeluarkan pesan negatif di media sosial: hindari membaca komentar-komentar “pedas” dengan berupaya tabayyun terhadap suatu informasi, beristighfar dan menjaga wudlu agar hati dan pikiran menjadi tenang, berusaha menjadi hamba yang ikhlas, bermain media sosial secukupnya dengan lebih memperbanyak ibadah seperti tadarus al-Qur’an, muthala’ah dan mengupayakan untuk positive thinking.
Maka sudah seharusnya umat muslim terus mampu menjadi seseorang yang arif, tidak mudah marah dan dapat mengendalikan pikirannya terutama saat berpuasa hingga terbentuk pada diri akhlaqul karimah. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Jika seseorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah berkata kotor pada hari itu, dan janganlah berbuat gaduh. Jika dimarahi oleh seseorang atau dimusuhinya, hendaklah ia berkata: ‘saya sedang berpuasa’” HR. al-Bukhari dan Muslim. Karena puasa adalah salah satu ibadah, yang mana kita mengharapkan pahala dan ganjaran syurga dari Allah SWT serta mendapatkan rahmat kasih sayangnya. Demikian pentingnya menahan amarah ketika berpuasa tidak hanya di kehidupan nyata namun juga virtual. Wallahu a’lamu bi al shawwab. (*)