Tingkatkan Pemahaman Materi Pecahan Melalui PBL

Oleh: Nurul Chikmah, S.Pd.SD.M.Pd
Guru Kelas SD Negeri Balerejo 1, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak

MATEMATIKA merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disukai siswa. Selama pembelajaran di kelas, mereka tampak tidak tertarik dan tidak fokus. Siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan sangat membosankan. Hal serupa juga terjadi pada siswa Kelas II SD Negeri Balerejo 1 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Hal ini juga terjadi pada materi pecahan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBL) agar pembelajaran menjadi menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran PBL mempunyai keistimewaan yaitu pengembangan pertanyaan dan masalah. Model berbasis masalah adalah pembelajaran yang memanfaatkan beragam keterampilan berpikir siswa dalam lingkungan individu, kelompok, dan dunia nyata untuk mengatasi masalah dengan cara yang bermakna, relevan, dan situasional (Tan Onn Seng, 2000).

Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan menerapkan konsep pada permasalahan baru/dunia nyata dengan mengintegrasikan konsep HOTS (Higher Order Thinking Skills), motivasi belajar, dan kontrol atas pembelajaran dan keterampilan (Norman dan Schmidt).

Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk membantu siswa lebih cepat memahami dan lebih bersemangat dalam belajar. Pada model pembelajaran PBL, guru berperan sebagai pemandu biasa, bukan sebagai orang bijak di atas panggung.

Hal ini menyoroti pentingnya dukungan pembelajaran pada tahap awal pembelajaran. Siswa mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui berdasarkan informasi dari buku teks dan sumber lain. Melalui pembelajaran PBL dengan menggunakan bahan ajar, konsep-konsep abstrak diturunkan dan siswa mampu memahami makna dari konsep-konsep tersebut.

Langkah-langkah yang harus dilakukan seorang guru dalam pembelajaran PBL adalah menyampaikan pokok-pokok isi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta menyiapkan bahan ajar dalam bentuk diagram lingkaran yang memuat nilai pecahan dan mempunyai para siswa mempelajarinya. Lembar Kerja (LKPD). Guru bertanya kepada siswa tentang berbagai hal yang mereka lakukan setiap hari terkait pecahan. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Kami menyiapkan alat peraga melingkar untuk setiap kelompok yang terbuat dari kertas putih dan merah. Tergantung pada pertanyaan guru, lingkaran kertas putih dibagi menjadi 2, 4, 6, atau 8 bagian. Buatlah lingkaran kertas merah menggunakan bagian 2, 4, 6, dan 8. Selanjutnya, potong setiap bagian untuk membuat lingkaran.

Di bawah bimbingan guru, setiap kelompok bekerja sama menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang ditentukan oleh guru. Berlatih dan menguji secara berkelompok dengan menggunakan alat peraga berbentuk lingkaran. Alat peraga lingkaran memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa kemudian menuliskan hasilnya pada LKPD yang telah disediakan. Setiap kelompok akan merangkum dan mempresentasikan hasil penelitiannya.

Dalam pelaksanaannya, terdapat kelebihan menggunakan model pembelajaran PBL. Artinya siswa ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan mempraktikkannya secara langsung.

Pembelajaran model PBL yang didukung media berupa bahan ajar pembelajaran pecahan telah menunjukkan hasil yang baik. Siswa menikmati pembelajaran matematika dan dapat memahami isinya dengan lebih mudah. Hal ini karena didukung dengan hadirnya alat peraga. Selain itu, siswa menjadi lebih tanggap terhadap pertanyaan guru dan mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pecahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penggunanaan model PBL mampu meningkatkan pemahaman siswa kelas II SD Negeri Balerejo 1 Kecamatan Dempet. (*)