SEMARANG, Joglo Jateng- Pakar Semar Wahyu Laras merupakan paguyuban seni karawitan yang ada di SMA 1 Semarang. Berdirinya ekstrakurikuler tersebut berawal dari keresahan seorang guru disekolah tersebut pada 2014 silam. Sekarang, seni karawitan telah menjadi ekstrakurikuler unggulan yang ada di SMA 1 Semarang.
Pembina Ekstrakurikuler Karawitan SMA 1 Semarang Sudaryono menjelaskan sejarah berdirinya Pakar Semar Wahyu Laras. Berawal dari keresahannya akan budaya Indonesia yang mulai ditinggalkan anak-anak muda masa kini.
Terlebih, gamelan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya TakBenda/WBTB (Intangible Cultural Heritage/ICH) oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations (UNESCO). Karena gamelan merupakan musik yang betul-betul adiluhung, dari berbagai alat musik yang berbeda-beda bisa disatukan menjadi satu irama.
“Awal mulanya saya merasa tertantang, kenapa anak-anak muda sekarang tidak senang dengan budaya kita yang adiluhung, termasuk seni karawitan. Saya khawatir, kalau budaya kita diakui oleh orang lain ataupun orang asing,” terangnya.
Maka dari itu, sebagai guru, Sudaryono berinisiatif untuk mendirikan dan mengelola seni karawitan di SMA 1 Semarang. Agar orang Indonesia, terlebih Jawa tidak kehilangan budayanya.
“Gamelan ini memiliki filosofi kerukunan ‘rukun agawe santosa’. Serta mengajarkan budi pekerti luhur dan sopan santun. Jadi, karawitan ini cocok diterapkan pada para pelajar,” ungkapnya.

Pada 2014, ketika SMA 1 Semarang dikepalai oleh Kastri Wahyuni, Sudaryono meminta tempat dan gamelan sebagai warisan tatkala purna tugas. Kastri menyetujui hal tersebut dengan syarat, karawitan harus dibina dan dilatih sendiri oleh Sudaryono. Tentu saja tantangan tersebut diterima oleh Sudaryono.
Berbagai kesulitan dialaminya demi mewujudkan karawitan di SMA 1 Semarang. Salah satunya, dalam hal pencarian personil. Saat awal berdiri, dirinya hanya mendapatkan 13 orang untuk dilatih.
“Seiring dengan berjalannya waktu, 13 orang tersebut terkikis menjadi 6 orang saja. Karena anggapannya dulu seni karawitan merupakan suatu hal yang kuno, ndeso, dan ketinggalan jaman,” pungkasnya.