SEMARANG, Joglo Jateng – Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kerajinan sering kali dihadapkan dengan beberapa kendala. Salah satunya adalah rendahnya kapasitas produksi, terutama saat mendapatkan pemesanan produk dalam jumlah besar. Oleh karena itu, perlunya kolaborasi dan komunikasi untuk mengurangi kendala tersebut.
Sutrisno, salah satu Doktor Ilmu Manajemen di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menjelaskan bahwa minimnya pengetahuan atas solusi dalam dunia usaha tersebut berimbas pada terhambatnya pemasukan. Rendahnya kapasitas produksi menjadi penyebab banyak UKM kesulitan menerima banyak permintaan.
“Selain itu, kolaborasi sebagai jalan keluar dari persoalan di atas pun masih terkendala kurangnya pendanaan. Kejelasan tanggung jawab dari masing-masing pelaku usaha. Hal itu dikarenakan esensi kolaborasi didasarkan pada pengetahuan, optimalisasi proses dan pemantauan proses kolaborasi,” tuturnya Rabu (13/7).
Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya lalu mengajukan penelitian untuk disertasi yang berjudul “Membangun Energizing Collaborative untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Industri Tenun Ikat Troso Jepara Jawa Tengah”. Atas disertasinya tersebut, Sutrisno berhasil meraih gelar doktor Ilmu manajemen dan menjadi doktor ke 113 di UPGRIS.
Dari hasil temuan disertasinya, ia menyimpulkan untuk terciptanya kolaborasi antar UKM, kolaborator harus memiliki beberapa indikator. Yaitu menyukai hal baru, termotivasi menjadi yang terbaik, keinginan untuk maju, dan interest dalam kesuksesan bersama untuk melebihi pesaing.
“Jika pengalaman UKM itu terus meningkat, maka mereka akan memiliki keterampilan dalam menjalin hubungan. Dengan begitu mereka memiliki kemampuan dalam memasarkan produk, pengetahuan, dan kompetensi dalam efisiensi produk,” paparnya.(hms/mg1/ziz)