KUDUS, Joglo Jateng- Tingkat literasi masyarakat Kudus terbilang masih minim. Keadaan tersebut berkaitan dengan beberapa faktor. Untuk itu Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) berupaya semaksimal mungkin untuk mendorong masyarakat supaya tingkat minat baca mereka meningkat.
Kepala Dinarpus Wahyu Haryanti menjelaskan, tingkat literasi masyarakat berkaitan dengan banyak faktor. Diantaranya sarana dan prasarana, gedung, buku yang tersedia, sumber daya manusia (SDM) yang mengelola, dan lain sebagainya. Kesadaran membaca masyarakat di Kudus belum seperti yang diharapkan.
“Beberapa faktor tersebut juga bergantung dengan ketersediaan anggaran. Padahal beberapa tahun kebelakang ini anggaran terfokus kepada penanganan Covid-19. Sehingga perpustakaan kita masih terbilang sangat sederhana. Belum seperti yang diharapkan,” ujarnya
Tingkat kunjungan perpustakaan dari masyarakat masih perlu dipacu. Selain mengupayakan beberapa faktor diatas, Dinarpus juga berupaya semaksimal mungkin untuk menarik perhatian masyarakat. Yakni melalui Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dengan adanya program unggulan.
“TPBIS ini dimulai sejak 2021, dan masih berjalan hingga sekarang. Sudah ada berbagai kelas program unggulan yang kita buat. Karena memang tujuannya untuk melayani masyarakat,” terangnya.
Kelas program unggulan tersebut, diantaranya meliputi kelas komputer, kelas merajut, kelas tata boga, kelas tari klasik dan nusantara, kelas fotografi. Kemudian kelas mengaji, kelas senam lansia, kelas puisi, kelas mendongeng, dan lain sebagainya. Dengan mendatangkan instruktur dari komunitas yang ahli sesuai dengan bidangnya.
“Kami melakukan kerja sama dengan lembaga atau komunitas untuk mendatangkan instruktur. Mereka juga butuh mengamalkan ilmunya, kita juga butuh untuk memfasilitasi masyarakat,” tuturnya
Kelas program unggulan ini dibuat untuk memfasilitasi masyarakat. Selama ini masyarakat dapat membaca teori-teori melalui buku. Namun, kebanyakan orang tidak bisa mempraktekkannya karena terkendala beberapa hal. Untuk itu, Dinarpus menyediakan kelas program unggulan guna mengimplementasikan atau menerapkan hasil dari baca buku.
“Contohnya, untuk teori-teori merajut bisa dibaca di buku. Namun, ada yang mau praktek tapi masih kesulitan. Nah kita memfasilitasi itu, dengan adanya kelas ini mereka bisa praktek dengan didampingi instruktur. Jadi masyarakat perlu baca, juga perlu praktek,” ucapnya.
Program unggulan tersebut juga bertujuan untuk menghapus image atau pandangan negatif yang ada di masyarakat, bahwa perpustakaan adalah tempat yang membosankan dan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang kutu buku. Diharapkan program unggulan tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat.
“Maka dari itu, Dinarpus membuka kelas program unggulan atas permintaan masyarakat. Sehingga memang benar dipastikan kelas tersebut memiliki peminat. Jadi tidak sia-sia,” paparnya. (cr1/fat)