Mengenergikan Pembelajaran IPA dengan Model PAKEM untuk Siswa Sekolah Dasar

Oleh: Imron Rozad, S.Pd.SD
Guru SD 1 Pladen, Kec. Jekulo, Kab. Kudus

PENDIDIKAN ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains di sekolah dasar (SD) memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian intelektual anak. Masyarakat umum mengenal sains sebagai pola pembelajaran yang lebih banyak memberikan informasi tentang konsep-konsep materi sains yang dapat berupa fenomena-fenomena alam, lingkungan sekitar, terminology konsep, atau tentang prinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam sains. Namun, jika pola pembelajaran hanya dalam bentuk memberikan informasi saja, siswa dapat terjebak dalam sistem pembelajaran yang hanya mengandalkan hafalan, dan dengan mudah dilupakannya jika tidak dikaji lagi. Cara pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa mudah bosan dalam belajar, lebih buruknya lagi siswa akan tidak menyukai pelajaran sains.

Pencapaian tujuan pengajaran Sains dapat dilakukan dengan adanya proses belajar mengajar yang baik, yakni dengan selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar terdapat faktor internal dan eksternal, di mana faktor internal terdiri atas, sikap, pandangan hidup perasaan senang, motivasi dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas rangsangan dari luar, dorongan, lingkungan dan media. Perbaikan terhadap kualitas pembelajaran di kelas dan di luar kelas merupakan hal penting yang harus dilakukan secara kontinu seiring terus berkembangnya ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini, khususnya pada mata pelajaran sains, beberapa kali telah mengaplikasikan model pembelajaran PAKEM.

PAKEM dipilih karena mempunyai prinsip-prinsip yang sangat efektif dalam proses pembelajaran, antara lain: a. Mengalami, di mana siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional; b. Komunikasi, kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan siswa; c. Interaksi, kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah; d. Refkesi, kegiatan pembelajarannya memungkinkan siswa memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Selama proses pembelajaran dengan model PAKEM, penilaian yang dilakukan juga sesuai dengan prinsip PAKEM, di mana merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan merancang pembelajaran tersebut. Penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian otentik. Artinya, selama pembelajaran itu berlangsung, guru selain sebagai fasilitator juga melakukan penilaian dengan berbagai alat yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning” tahun 1987 edisi kedua, yang menyebutkan bahwa paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa. Yakni memahami potensi siswa yang tersembunyi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab; menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan antusiasme terhadap ide serta gagasan mereka; mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati; mengakui pekerjaan siswa; menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata; memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa; mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri; menyatakan kepada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa; menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa; mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan discovery agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa; dan memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.

Dalam pengimplementasian PAKEM, siswa menjadi lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa juga menjadi lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Menurut pendapat dari beberapa siswa, mereka menjadi termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dikarenakan pada model PAKEM ini pembelajaran dilakukan dengan lebih menyenangkan, beberapa kasus yang kurang mendukung proses pembelajaran ini berlangsung optimal. (*)