MELUKIS bukanlah hal yang mudah. Salah satunya seniman muda Dardanella Meri Helena. Ia mengaku sering melukis dan karya yang paling bagus untuk dia jadikan acuan.
“Itu proses selama ini. Kalau ada pameran selanjutnya karyaku harus lebih bagus dari yang sebelumnya,” ujarnya saat dihubungi Kamis (11/8).
Nella, sapaannya mulai menyukai dunia seni saat umur tiga tahun. Yaitu saat ayahnya yang merupakan guru Bahas Inggris membelikan kamus bergambar Disney.
“Sepertinya itu pertama kali aku melihat gambar selain foto dan aku suka banget. Aku sering menjiplak gambar-gambar yang ada di kamus,” ucapnya.
Perjalanannya menjadi seorang seniman pun tidak mudah. Sebab orang tuanya sempat tidak setuju sebab terjun di dunia seni menurut mereka tidak memiliki masa depan yang pasti.
“Dulu pas SMP ikut ekstrakurikuler melukis, kemudian karena orang tua tidak setuju pas SMA akhirnya aku mengambil jurusan IPA. Setelah lulus aku mencoba bersama temanku yang jago melukis untuk mendaftar jurusan seni murni lukis di ISI, ternyata aku lolos, sementara temanku tidak,” paparnya.
Berawal dari lolosnya pendaftaran, akhirnya orang tuanya pun menyetujuinya. Gadis kelahiran Balai Selasa, Mei 1999 ini pun akhirnya kuliah di Yogyakarta. Hingga sekarang ia mengikuti beberapa kali perlombaan dan pameran.
“Di 2019 aku pernah ikut pameran di After Mooi Indie Batch 3 Surau dan Rantau, pameran seni murni akasia, di 2020 ke skip Covid-19. Tahun 2021 mengikuti Aksi Artsy batch r Rite de Passage dan di tahun ini After Mooi Indie batch 4 Minangkarta,” bebernya.
Ia pun sempat ikut open call Basuki Abdullah Award namun belum berhasil lolos. Kemudian UOB Painting of the years yang kini ia pun sedang menunggu pengumumannya.
“Aku tidak ada referensi seniman, jadi aku ngelukis sesenangnya aku. Dan aku kaget ternyata banyak juga yang bikin karakter mata besar yang terinspirasi dari karya Big Eyes. Seperti karya lama Mas Ryol dan Mbak Andin. Tapi aku tetap inspirasinya dari boneka blythe doll,” jelasnya yang melukis dengan genre Pop Surealist.(ers/ziz)