Oleh: Taufiqur Rokhim, S.Pd.
Guru Matematika SMA N 1 Demak, Kabupaten Demak
INTI dari kegiatan pendidikan adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Agar tujuan dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran itu dapat terlaksana dengan baik, maka harus ada dorongan atau motivasi untuk belajar dari dan untuk peserta didik. Hal itu dikarenakan motivasi yang menyebabkan terjadinya perubahan energi pada diri manusia, sehingga mendorong untuk melakukan suatu tindakan yang membuat siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Fakta dalam belajar siswa akan berhasil jika dalam diri siswa tersebut terdapat keinginan atau dorongan untuk belajar.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dorongan untuk belajar sangat penting, di mana dorongan itu merupakan motivasi yang ada dalam diri manusia. Terungkap juga bahwa terdapat beberapa ahli yang telah melakukan penelitian tentang pentingnya motivasi. Salah satunya yaitu Mc. Clelland, yang menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi 65 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat penting siswa memiliki motivasi belajar, terutama mata pelajaran Matematika.
Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari komponen motivasi belajar. Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Salah satu upaya membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu membangkitkan minat siswa. Sedangkan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa yaitu dengan menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran yang bervariasi. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Dalam kurikulum 2013, model pembelajaran yang direkomendasi sebaiknya diturunkan dari pendekatan yang dipakai, yaitu pendekatan scientific. Salah satu model yang diturunkan dari pendekatan scientific adalah model Discovery Learning (pembelajaran penemuan). Model Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang pembelajarannya tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi melalui proses menemukan. Model Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Berdasarkan observasi di SMA Negeri 1 Demak, dapat dilihat bahwa kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran matematika, siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, siswa cepat menyerah dalam mengerjakan soal matematika yang diberikan guru, dan siswa cenderung lebih suka menunggu jawaban dari temannya yang pintar. Model pembelajaran Discovery Learning mengajarkan para siswa untuk menemukan secara mandiri mengenai pengetahuan yang disampaikan. Seperti dikutip dari serupa.id, Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Tak serupa dengan model pembelajaran lainnya yang cenderung konvensional, Discovery Learning atau pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta didik, bukan guru. Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama dalam pelaksanaannya. Di sisi lain, model Discovery Learning merupakan model yang lebih menekankan pada pengalaman langsung siswa dan lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar.
Dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning masuk dalam salah satu model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mengalami dan menemukan pengetahuannya sendiri. Ini sebagai wujud murni dalam proses pendidikan yang memberikan pengalaman yang mengubah perilaku, sehingga dapat memaksimalkan potensi diri dan motivasi personal. Sintaks atau langkah kerja Model Discovery Learning dalam proses pembelajaran penyingkapan/ penemuan mengikuti tahapan sebagai berikut: 1) Pemberian rangsangan (stimulation); 2) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement); 3) Pengumpulan data (data collection); 4) Pengolahan data (data processing); 5) Pembuktian (verification); dan 6) Menarik simpulan/generalisasi (generalization). (*)