Kampung Bijak Sampah, Hasilkan Produk Bebas Polutan

SIMBOL: Wakil Ketua 1 DPRD Bantul sekaligus Pengasuh Kampung Bijak Sampah, Nur Subiyantoro memberikan tanda kasih produk olah residu sampah plastik kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bantul, Ari Budi Nugroho di Kanggotan, Pleret, Bantul, Kamis (18/8). (ERNA SARI SUSANTI/JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Kapanewon Pleret mencanangkan diri sebagai Kampung Bijak Sampah. Dimana dengan program itu, wilayah tersebut dapat menghasilkan berbagai macam produk olahan sampah plastik yang memiliki keunggulan bebas dari polusi.

Pengasuh Kampung Bijak Sampah, Nur Subiyantoro mengatakan, dalam mengatasi permasalahan sampah ini tidak bisa hanya dengan memberikan regulasi. Yaitu hanya dengan pemerintah memberikan edaran kepada perangkat desa agar sampah harus selesai di tingkat kalurahan atau dusun saja.

“Akhirnya ketika bertemu perangkat lurah, hamper semuanya memiliki masalah yang sama tentang sampah, yang pada akhirnya kita mencoba bersama komunitas, mencoba teknologi yang luar biasa yang kemarin kita lombakan di Pertamina, dari 4000 peserta, kita juara lima” ujarnya saat diwawancarai Kamis (18/8).

Ia yang juga merupakan Wakil Ketua 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bantul menjelaskan, bahwa teknologi tersebut adalah teknologi non polutan. Sebab, terdapat beberapa teknologi lainnya dari segi pembakaran menimbulkan masalah baru, yakni karbon dioksida.

Ia menerangkan, ia memulai berkarya bersama komunitas sejak tahun 2019 lalu. Pihaknya sudah beberapa kali mengalami kegagalan sebelum akhirnya berhasil membuat beberapa produk olah residu plastik sampah.

“Produk yang dihasilkan bermacam-macam, seperti pemecah ombak, bantalan rel kereta, bahkan bisa dibikin relief, misalnya tempat budaya Pleret mau bikin miniatur itu nanti tinggal bikin cetakannya,” imbuhnya.

Produk tersebut pun memiliki beberapa keunggulan. Misalnya dengan relief tersebut, ia menjelaskan bahwa bahan plastik memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan semen. Yaitu memiliki hasil yang lebih bagus karena tekturnya yang lentur, sehingga hasilnya dapat sesuai cetakan.

“Keunggulan lain selain lebih kuat daripada beton, teknologi ini bebas polusi, tidak ada polutan. Jadi tidak ada pembakaran sehingga tidak menimbulkan karbon dioksida yang justru akan mengakibatkan gangguan kesehatan,” jelasnya. (ers/bid)