PURWOKERTO, Joglo Jateng – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas sukses mengadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran wayang kulit tersebut mengangkat lakon “Semar Mbangun Kahyangan” dan lawak Ciblek di Lapangan Mas Mansoer, Kampus I Ahmad Dahlan UMP, Sabtu (20/8) malam.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, K.H. Tafsir mengatakan, sekali pun ormas Islam kembali ke Al Quran dan As Sunnah, tapi Muhammadiyah tidak mengharamkan wayang. Sebaliknya, wayang disebut sebagai media dakwah bagi umat Islam.
“Bagaimana memasukkan nilai-nilai Islam itu sangat tergantung pada dalangnya. Itulah maka wayang adalah media dakwah,” jelas Tafsir.
Dalam pergelaran wayang, dirinya menyebut ada tempat seseorang kumpul tetapi tidak sekadar kumpul. Di sana ada dalang, sehingga tidak sekadar cerita tetapi ada piwulang (pelajaran, red) yang banyak bisa diambil nilai-nilai di dalamnya.
“Bisa jadi wayang tidak sekadar kesenian, tetapi sebuah karya intelektual yang melampaui batas kemampuan akal. Saya tidak yakin kalau ini hanya murni akal manusia, bisa jadi wayang adalah kitab suci pada zamannya. Sekarang mungkin dongeng, tetapi pada zamannya adalah kitab suci,” katanya.
Menurut Tafsir, semua misi nabi dan kerasulan itu satu, yakni menegakkan moral. Sedangkan wayang isinya tentang moral, sehingga ada titik temu risalah di sana. Oleh karena itu, meskipun Muhammadiyah kembali ke Al Quran dan As Sunah, Muhammadiyah memberikan apresiasi kepada seni budaya, dan seni budaya sebagai alat dakwah.
“Muhammadiyah punya dokumen resmi, hubungan Muhammadiyah dengan seni budaya. Muhammadiyah punya landasan ideologi budaya, namanya dakwah kultural Muhammadiyah. Muhammadiyah punya buku, namanya seni budaya Islam. Muhammadiyah juga punya dokumen resmi, namanya pedoman Islami warga Muhammadiyah, di bab bagian akhir tersebut bicara tentang bagaimana warga Muhammadiyah berseni budaya,” pungkasnya. (ara/abd)