Tingkatkan Kemampuan Menulis Siswa SD dengan Multimedia Presentasi PJBL

Oleh: Rina Eko Yulianti, S.Pd.SD
Guru SDN 02 Ketapang, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang

PERKEMBANGAN pendidikan pada masa kini mengacu pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi perubahan teknologi yang semakin pesat, sehingga penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan sebagai perubahan kualitas pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pencapaian kualitas pendidikan sangat berkaitan dengan guru sebagai tenaga profesional yang harus terus melakukan perubahan-perubahan, atau setidaknya penyesuaian dalam paradigma strategi, pendekatan, dan teknologi pembelajaran.

Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang berpotensi menciptakan suasana belajar mandiri, serta menghadirkan kelas seperti magnet yang mampu mengikat dan menarik minat siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan. Guru dalam hal ini adalah penyaji informasi pengetahuan yang penting, benar dan baik, serta berguna bagi kehidupan dan masa depan anak didiknya.

Berdasarkan pengamatan sementara di SD Negeri 02 Ketapang, salah satu pembelajaran yang sulit dipahami peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah materi menulis. Pada saat ini pembelajaran Bahasa Indonesia untuk praktik menulis masih dibantu dengan buku yang serba terbatas dan tidak tersedia gambar sebagai penunjuk cerita. Jelas hal ini akan membuat peserta didik merasa sulit, enggan dan bosan untuk mempelajarinya, sehingga hasil dan proses pembelajaran yang diperoleh kurang maksimal.

Model pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan selama ini masih menggunakan model konvensional dan dilakukan terus menerus dengan strategi yang berubah-ubah untuk mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan observasi dan sharing dengan guru, tidak sedikit siswa dalam menerima bahan ajar khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia kurang tanggap, kurang memperhatikan, mendengarkan apalagi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan materi.

Berdasarkan kenyataan di atas, penentuan suatu model, pendekatan, atau teknik dalam proses belajar mengajar merupakan unsur kemampuan guru yang penting. Penggunaan model atau pendekatan yang tepat dalam suatu proses pembelajaran akan mampu mencapai tujuan pembelajaran serta proses pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, upaya memberikan konsep yang jelas kepada siswa, tampaknya guru membutuhkan media dalam menyampaikan materinya.

Keberadaan media dirasa mampu memberikan gambaran yang lebih nyata bagi siswa dalam memahami suatu materi. Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, peranan media yang baik dan tepat merupakan salah satu faktor yang menunjang tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar. Sebagus apa pun bahan ajar atau konsep metode yang akan diterapkan, namun tanpa didukung oleh media lain hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, untuk meminimalkan permasalahan yang terjadi, perlu diterapkan inovasi dalam proses pembelajaran, yang salah satunya adalah menerapkan teknologi pembelajaran.

Menurut Rusydiyah (2019: 7), dalam teknologi pembelajaran terjadi suatu proses di mana manusia, prosedur, akal, alat, organisasi, saling terlibat dan mengelola solusi untuk masalah-masalah tersebut, dalam situasi di mana pembelajaran dilakukan secara sengaja dan terkontrol. Dengan demikian, teknologi pembelajaran bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran agar lebih efektif, efisien, menyenangkan, serta dapat mempermudah dan meningkatkan kinerja guru.

Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian dari tugas guru dalam menjalankan kompetensinya sebagai guru profesional. Banyak alternatif yang dapat dipilih untuk dijadikan media pembelajaran. Namun demikian, banyak pula hal yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran. Salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih media adalah karakteristik materi dan karakteristik peserta didik.

Memilih media selain harus selaras dengan konsep yang akan diajarkan, juga harus sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Mengingat peserta didik SD berada pada kisaran usia 6-11 tahun dengan tingkat perkembangan kognitifnya baru mencapai pada tingkat berpikir konkret, maka pemilihan media pun haruslah media yang dapat mengonkretkan benda, kejadian, atau peristiwa. Dengan demikian, media dapat menimbulkan rangsangan agar peserta didik memiliki keterampilan proses berpikir. (*)