Asyiknya Belajar Antropologi dengan Cerdikku Crewhay

Oleh: Ellinawati Soelarno, S.Sos.
Guru SMA Negeri 1 Wonogiri, Kabupaten Wonogiri

DUNIA pendidikan Indonesia mengalami perubahan luar biasa. Bukan sekedar perubahan atau perkembangan teknologi informasi, adanya pandemi Covid-19 turut mewarnai dan memberikan andil dalam perubahan. Kurang lebih dua tahun, proses pembelajaran dilaksanakan secara dalam jaringan (daring) atau online. Memasuki masa transisi, kebijakan pembelajaran tatap muka terbatas mulai dilakukan untuk meningkatkan kualitas belajar. Ada dua fase yang harus dilakukan saat melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM), yaitu masa transisi dan masa kebiasaan baru. Pembelajaran tatap muka zona hijau tidak bisa langsung dilaksanakan secara normal tetapi bertahap dengan ketentuan, masa transisi bulan pertama sebanyak 50% dan bulan berikutnya baru 100%. Setelah itu barulah memasuki masa kebiasaan baru 100%.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset, dan Teknologi berharap PTM secara penuh dapat dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2022/2023 ini. PTM merupakan proses belajar yang dilakukan secara langsung antara siswa dengan guru di sekolah. Alasan PTM diberlakukan kembali salah satunya karena adanya learning loss. Banyak siswa, orang tua, bahkan guru mengeluh betapa tidak maksimalnya pembelajaran tanpa bertemu satu sama lain. Setelah beberapa lama melakukan pembelajaran online, kebiasaan selama belajar di rumah sudah melekat pada siswa, di antaranya sikap malas dikenal istilah “mager”, sehingga berpengaruh dalam pencapaian kualitas hasil pembelajaran.

Kenyataannya PTM di SMA Negeri 1 Wonogiri belum memberikan andil secara optimal dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Antropologi kelas XI Ilmu Budaya dan Bahasa. Hal ini disebabkan munculnya berbagai permasalahan, di antaranya sikap pasif dan kurangnya penguasaan kompetensi dasar dibuktikan masih rendahnya partisipasi dan hasil belajar Antropologi kelas XI IBB pada Kompetensi Dasar 3.1 yaitu memahami metode penelitian etnografi.

Rendahnya partisipasi belajar dan hasil belajar Antropologi siswa kelas XI IBB SMA Negeri 1 Wonogiri disebabkan kurangnya gereget atau motivasi serta metode pembelajaran yang belum tepat dalam mendukung proses pembelajaran. Agar siswa dapat menguasai kompetensi dasar, perlu memiliki motivasi dan partisipasi belajar tinggi. Sehingga diperlukan metode pembelajaran yang tepat, efektif dan menyenangkan yaitu “Cerdikku Crewhay”

Teori belajar humanistik menganggap keberhasilan belajar jika peserta didik memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelaku bukan pengamatnya. Pembelajaran humanistik menempatkan guru sebagai pembimbing dengan memberi pengarahan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya. Pembelajaran humanistik mendorong peserta didik berpikir induktif, yakni dari contoh ke konsep, konkret ke abstrak atau khusus ke umum. Teori ini mementingkan pengalaman dan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Metode Pembelajaran “Cerdikku Crewhay” memadukan metode ceramah, diskusi dan kuis courtesy review horay dengan tujuan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran diawali pemaparan materi, kemudian diskusi tanya jawab dilanjutkan kuis. Kuis dilaksanakan secara tertulis pada kartu jawaban. Jadi siswa harus siap memberikan jawaban sebagai bagian penilaian. Hasil belajar yang didapat adalah pemahaman konseptual, proses berpikir, kreativitas dan keaktifan peserta didik meningkat.

Pembelajaran mengandung unsur permainan, memberikan peluang belajar rileks, menumbuhkan motivasi belajar, meningkatkan keaktifan serta persaingan berdasarkan kemampuan. Motivasi belajar tumbuh karena adanya gereget untuk selalu siap di kelas selama jam pembelajaran, agar dapat menjawab kuis sehingga mendapat penilaian.

Dengan pembelajaran “Cerdikku Crewhay” sebagai media pembelajaran Antropologi kelas XI Ilmu Budaya dan Bahasa materi Metode Penelitian Etnografi mampu meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Wonogiri. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prestasi belajar karena meningkatnya keaktifan atau partisipasi dan motivasi siswa dalam belajar. (*)