Oleh: Cutiati, S.Pd.
Guru SDN 03 Sukorejo, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
PENDIDIKAN diperlukan untuk menciptakan siswa yang berkompeten dengan dilandasi kepribadian bangsa. Siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi lingkungannya agar bermanfaat bagi dirinya sendiri, lingkungan, maupun dunia pendidikan. Ikhsan (2008) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Menurut Mudyaharjo (2012), pendidikan dapat diartikan usaha sadar yang dilakukan oleh pihak keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan soft skill dan hard skill yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Selama ini, pendidikan didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Persentase pencapaian prestasi belajar siswa kelas 3 SD Negeri 03 Sukorejo Tahun Pelajaran 2021/2022 mata pelajaran Bahasa Indonesia pada penguasaan prestasi 55,4% dan kecakapan hidup (life skill) 32,8%. Rendahnya aktivitas dan persentase pencapaian prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3 menjadi dasar implementasi strategi pembelajaran Talk Life dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) di SD Negeri 03 Sukorejo yang merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru dalam mengintegrasikan antara materi yang diajarkan dengan konteks alamiah atau nyata, berbicara, dan bertukar pengalaman (sharing experience) tentang pembahasan permasalahan kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran Talk Life adalah suatu konsep strategi pembelajaran dengan mengaktifkan siswa melalui pengungkapan atau berbicara tentang suatu masalah berdasarkan kehidupan yang dialaminya. Siswa melalui keterlibatan aktif dengan jelas mengungkapkan kehidupan yang pernah dialami melalui tukar pengalaman, baik antar individu ataupun kelompok, sehingga akan terbentuk kecakapan hidup (life skill) sebagai indikatornya adalah peningkatan prestasi belajar baik secara kognitif, psikomotorik, maupun afektif. (Wiyono, 2021).
Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian dengan cara pro aktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Untuk itu, dalam pengembangan pembelajaran perlu dipilih alternatif pengalaman belajar yang semaksimal mungkin membantu siswa memiliki kecakapan hidup yang relevan dengan kebutuhan siswa, untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup dalam masyarakat secara khusus dengan kecakapan hidup yang diperoleh melalui pengalaman belajar dapat memecahkan masalah yang baru, dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya.
Berdasarkan hasil analisa data dan observasi tindakan kelas, disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar sebesar 1,98 dari rata-rata kelas. Penguasaan kecakapan hidup mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,60. Melalui strategi pembelajaran Talk Life dengan pendekatan CTL, dapat mengembangkan daya nalar, sikap saling menghargai, bekerja sama, dan demokratis. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari 53,26% menjadi 87,41%. Kecakapan hidup (life skill) mengalami peningkatan dari 34,52% menjadi 84,60%. (*)