Oleh: Intana Nazilata, S.Pd.SD.
Guru SDN Bintoro 01, Kec. Demak, Kab. Demak
DALAM Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “barang” diartikan sebagai benda yang berwujud, sedangkan arti kata “bekas” adalah sisa habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisa dipakai. Jadi barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai sisa, yang kegunaannya tidak sama seperti benda yang baru (Yuniar, 1997).
Alat peraga adalah suatu benda asli dan benda tiruan yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menjadi dasar tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi peserta didik. Model benda nyata yang digunakan untuk mengurangi keabstrakan materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dinamakan alat peraga pembelajaran IPA.
Sukarno dalam Asih dan eka Seyowati menjelaskan, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat kejadian-kejadian yang terjadi di alam ini. Senada dengan itu, Subiyanto dalam Asih Widi dan Eka Setyowati menerangkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan tersusun teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data observasi dan eksperimen. Dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian yang ada di alam semesta ini yang tersusun secara sistematis dan berupa data yang nyata.
Pembuatan alat peraga yang menarik dan inovatif adalah hal yang sangat penting dan merupakan tuntutan bagi peserta didik karena alat peraga memiliki kontribusi besar dalam keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Namun dalam realitas pendidikan di lapangan, banyak pendidik yang masih menggunakan alat peraga konvensional, yaitu alat peraga yang siap pakai, tinggal beli, instan dan tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri. Sehingga dapat dimungkinkan alat peraga yang dipakai tidak menarik, monoton, dan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Berbeda halnya jika pendidik membuat alat peraga yang lebih menarik, variatif, dan sesuai dengan konteks sosial budaya siswa. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan barang bekas di sekolah.
Barang bekas sebagai alat peraga menekankan peran aktif siswa dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya berfokus kepada guru tetapi juga kepada siswa, tetapi juga dapat meningkatkan, memunculkan serta merangsang kreativitas siswa. Pembuatan alat peraga pendidik tidak harus melakukannya sendiri, pendidik dapat membuatnya bersama-sama dengan peserta didik. Dengan demikain, pendidik dapat memunculkan kreativitas siswa.
Menurut Piaget, siswa sekolah dasar pada usia 7-11 tahun berada pada masa perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini, perkembangan kreativitas anak mulai berkembang. Kesadaran untuk mengolah barang bekas di lingkungan sekolah sudah dapat dilakukan karena sudah dapat melakukan operasi mental untuk mengimajinasikan suatu benda tertentu.
Penggunaan alat peraga di SD Negeri Bintoro 1 Demak pada mata pelajaran IPA belum menggunakan media barang bekas. Diharapkan dengan adanya alat peraga dengan memanfaatkan barang bekas, dapat memberikan kemudahan dan menghilangkan kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran serta mengurangi timbunan sampah di SD Negeri Bintoro 01 Demak. Beberapa pemanfaatan barang bekas yang dapat diterapkan yaitu: 1) kardus bekas dapat digunakan untuk bahan membuat alat peraga kerangka organ gerak pada manusia; 2) botol bekas air mineral digunakan untuk alat peraga peredaran darah pada manusia; 3) koran bekas atau kertas bekas diubah menjadi bubur kertas untuk alat peraga torso kertas.
Setiap alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan pemanfaatan barang bekas sebagai alat peraga adalah mengurangi limbah yang susah terurai di lingkungan sekolah, memunculkan kreativitas siswa, pembelajaran tidak hanya berpacu kepada guru, dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Adapun kekurangan pemanfaatan barang bekas sebagai alat peraga adalah membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk pembuatan alat peraga tersebut, gaya belajar yang dimiliki siswa berbeda, dan tidak mudah untuk mengondisikan siswa.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh alat peraga dari barang bekas ini, dinilai cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran apa pun sesuai kompetensinya, karena dapat memunculkan kreativitas siswa. Akan tetapi, guru harus mampu membuat siswa kondusif dan dapat mengatur waktu dengan baik. (*)