Oleh: Tuti Alawiyah, S.Pd.
Guru SDN 02 Jebed, Kec. Taman, Kab. Pemalang
KOMPETENSI berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa terdiri atas kompetensi membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara. Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai siswa secara bertahap, dimulai dari siswa memasuki jenjang pendidikan formal, yaitu Sekolah Dasar (SD). Penguasaan keempat kompetensi ini tidak sama pada setiap anak. Fakta yang terjadi di kelas II SDN 02 Jebed, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang pada kompetensi menyusun kalimat sederhana dari kata-kata yang diacak, sebagian besar siswa mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian harian siswa. Kurang dari 75% siswa yang dapat menyusun kalimat dengan benar.
Dari hasil yang diperoleh siswa tersebut, guru mencoba memilih media pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat sederhana. Guru memilih media kartu kata yang dibuat sendiri oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun penerapan media ini dilakukan dengan metode bermain di dalam kelas secara kelompok. Media sederhana ini dipilih dengan menyesuaikan kondisi siswa, tidak rumit, tetapi efektif digunakan.
Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa untuk belajar. Media berfungsi untuk menghubungkan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Sedangkan dalam dunia pendidikan, kata media disebut media pembelajaran. Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2013:4) secara eksplisit mengatakan bahwa media pembelajaran mencakup alat-alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi bahan ajar. Dari kedua pengertian tersebut, media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Kaitannya dengan media kartu kata yang penulis gunakan dalam pembelajaran menyusun kalimat sederhana, pengertian kartu kata menurut Azhar Arsyad (2007: 119), kartu kata bergambar adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar tersebut. Dalam penerapannya, guru menggunakan kartu kata yang dibuat sendiri dalam bentuk dan warna yang beragam. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih antusias ketika praktik pembelajaran dilakukan.
Langkah permainan ini tidak rumit, melibatkan seluruh siswa dengan tetap dibimbing oleh guru. Pertama, guru menyiapkan kartu-kartu yang sudah disiapkan dari rumah. Kemudian, kartu-kartu tersebut dikelompokkan lagi ke dalam 2 kelompok, yaitu kata benda dan kata kerja. Langkah berikutnya, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 anak. Kelompok pertama memulai permainan dengan cara salah satu anak maju untuk memilih kartu kata yang tersedia. Siswa menempel kartu yang telah diambil ke tempat yang telah disediakan. Kemudian, siswa kedua maju untuk melengkapi kata yang sudah ditempel. Terakhir, siswa ketiga melengkapi kalimat yang belum selesai sampai membentuk kalimat. Demikian seterusnya sampai semua kelompok menyelesaikan permainan.
Menurut Sadiman, dkk (1989: 29-31), kelebihan dan kelemahan tersebut antara lain: 1) Kelebihan: a) sederhana dan mudah pembuatannya; b) lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; c) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; d) dapat memperjelas suatu masalah; e) murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. 2) Kelemahan: a) hanya menekankan persepsi indra mata; b) ukurannya sangat terbatas.
Media kartu kata ini terbukti dapat meningkatkan peran aktif siswa di dalam pembelajaran. Yang terpenting lagi, siswa dapat menemukan sendiri bagaimana cara menyusun kalimat sederhana dengan sedikit dibantu oleh guru. Pengalaman ini yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Selain itu, hasil belajar pun mengalami peningkatan yang cukup berarti. (*)