Oleh: Sri Wondiningsih, S.Pd.
Guru SD Negeri 14 Pelutan, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang
KEGIATAN belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan utama dalam proses pendidikan. Faktor penentu berhasilnya suatu proses pembelajaran adalah guru yang secara langsung berinteraksi dengan peserta didik (Rahmawati, 2016). Tercapainya tujuan dan rencana pembelajaran bergantung pada kemampuan guru dan siswa dalam memanfaatkan dan mengolah media yang ada serta menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran (Sirait, 2021).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendalami perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika adalah ilmu terapan yang bukan merupakan ilmu hafalan, akan tetapi merupakan ilmu yang aplikatif, sehingga harus ada yang menjembatani, antara teori dan penerapan di lingkungan.
Proses pembelajaran matematika di sekolah dasar (SD), terutama materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih menggunakan sistem mengajar yang konvensional. Sistem pengajaran seperti ini menyebabkan siswa cepat jenuh karena pelajaran hanya didominasi guru tanpa melibatkan siswa secara optimal. Guru juga tidak menggunakan media pelajaran sebagai alat bantu untuk memudahkan siswa memahami materi pelajaran. Padahal keberadaan media pelajaran sangat penting bagi siswa dan guru itu sendiri.
Permasalahan di atas perlu diupayakan pemecahannya. Salah satu upayanya adalah melakukan tindakan yang dapat mengubah proses pembelajaran, dengan melibatkan siswa lebih aktif untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Untuk itu, perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat, menarik, dan efektif sehingga siswa dapat aktif dan berhasil memahami apa yang ada dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu Metode Jumping Rabbit.
Teknik Jumping Rabbit adalah metode atau sistem mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat positif dan negatif dengan dua atau lebih tanda operasi hitung, dengan peragaan gambar seekor kelinci yang melompat-lompat menurut aturan tertentu. Siswa membutuhkan alat bantu seperti media pembelajaran untuk memperjelas dan mempermudah dalam memahami materi pembelajaran serta siswa dapat belajar secara aktif melalui dunia nyata dengan manipulasi benda-benda atau peraga seperti perantara (Rozie, 2018).
Teknik ini berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Teknik belajar tersebut juga dapat memotivasi siswa untuk membangkitkan minat belajar siswa yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap pemahaman siswa terhadap pelajaran yang mereka pelajari. Dalam penerapannya, guru harus dapat menguasai materi secara keseluruhan karena model pembelajaran ini merupakan mata pelajaran yang diujikan atau pelajaran pokok.
Teknik Jumping Rabbit diharapkan dapat menjadi solusi dan media terbaik dalam pengembangan pengajaran matematika, khususnya matematika dasar agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berhitung. Adapun tahapan-tahapan pembelajaran Jumping Rabbit sebagai berikut: a) Memperkenalkan teknik “Jumping Rabbit”; b) Menjelaskan aturan yang dipakai; c) Memberi contoh dengan peragaan langsung; d) Siswa memperagakan teknik; e) Menemukan prinsip pengerjaan; f) Memberi latihan; g) Guru membuat kesimpulan bersama; h) Penutup.
Teknik Jumping Rabbit adalah metode atau sistem mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat positif dan negatif dengan dua atau lebih tanda operasi hitung dengan peragaan seekor kelinci yang melompat-lompat menurut aturan tertentu. Dengan demikian, pembelajaran bilangan bulat dengan metode Jumping Rabbit akan memudahkan siswa dalam memahami konsep penjumlahan atau pengurangan bilangan bulat.
Dengan memahami konsep, diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Hal ini sekaligus memberikan motivasi kepada guru bahwa dalam mengajar dan mendidik siswa memerlukan alat peraga dan metode yang tepat, agar pembelajaran di kelas dapat menarik dan siswa menjadi bersemangat karena pembelajaran menjadi menyenangkan. (*)