Oleh: Siti Fathonah, S.Pd
Guru SD Negeri 1 Sambung, Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan
MERDEKA belajar yang terus menerus digencarkan pelaksanaannya akhir-akhir ini membuat sebagian besar pendidik lebih leluasa dalam mengolah pembelajaran sesuai dengan keinginan siswa. Siswa di kelas yang diajar hanya menggunakan buku terbitan pemerintah tanpa danya model pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas menantang akan berdampak pada pola pikir mereka. Siswa hanya tahu tentang materi yang diajarkan, tanpa tahu penemuan konsep yang ada. Cara mengajar guru yang monoton juga memengaruhi semangat siswa.
Peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa karakter toleransi dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, kognitif dan psikologis (Kemendikbud: 2013). Penggunaan model pembelajaran yang lebih ke penyelidikan, mengajak siswa untuk mengamati dan mencari tahu sendiri akan lebih melekat di memori mereka. Siswa merasa terlibat di dalamnya, dan mendapatkan pengetahuan baru dengan sendirinya. Apalagi untuk beberapa muatan pelajaran yang memang membutuhkan penyelidikan dan pengamatan langsung. Siswa akan lebih aktif dan merasa senang dengan belajar di luar kelas ataupun di dalam kelas dengan menggunakan media yang menunjang. Namun kondisi dilapangan sangatlah berbeda, kenyataannya tidak sedikit guru dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan strategi, metode dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik, media ataupun alat peraga yang sesuai dengan materi, serta kurang menggunakan bahan ajar yang memadai, hal tersebut berakibat pada siswa. Siswa kurang memahami materi yang dipelajari dan akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif dan cenderung cepat bosan. Hal itu disebabkan karena kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA di dalam kelas. Ketidaktepatan guru menggunakan model pembelajaran dan berbantuan bahan ajar yang tepat dalam penyampaian materi menjadi sebab utama dari permasalahan tersebut, sehingga siswa tidak tertarik pada pembelajaran yang hanya terpaku pada buku dan ceramah yang didengar dari guru saja. Hal ini juga menyebabkan hasil belajar siswa yang dicapai sebagian besar rendah karena siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran sebaiknya disajikan dengan menggunakan model pembelajaran yang memiliki daya pikat bagi siswa dan menggunakan pendekatan yang dapat memunculkan ketiga dimensi IPA. Sehingga siswa tidak beranggapan bahwa IPA merupakan mata pelajaran hafalan.
Dengan menerapkan hal-hal yang dekat dan disukai siswa, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning). Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inkuiri and discovery (mencari dan menemukan). Proses inkuiri merupakan proses investigasi dengan mencari kebenaran dan pengetahuan yangmemerlukan pikiran kritis, kreatif dan menggunakan intuisi. Model pembelajaran inkuiri melibatkan dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan keingintahuannya dan melakukan eksplorasi menyelidiki suatu fenomena. Menjadi satu hal yang menarik jika pembelajaran IPA disajikan dengan model pembelajaran inquiry learning, sehingga memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan HOTS, memunculkan nilai dimensi IPA dan hasil belajar yang akhirnya menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa (siswa mampu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan materi ke dalam tindakan). Rendahnya pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa ini tidak sejalan dengan kebutuhan abad-21 sekarang ini yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skills (HOTS). Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) merupakan salah satu komponen kreatif keterampilan berpikir dan berpikir kritis. (*)