Harga Anjlok, Petani Musnahkan Lahan Nanas

PANGGUL: Para petani nanas saat melakukan panen nanas madunya di Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, beberapa waktu lalu (DOKUMENTASI PRIBADI/JOGLO JATENG)

PEMALANG, Joglo Jateng – Tak lagi menguntungkan karena harga di pasaran anjlok, sejumlah petani nanas di Pulosari, Belik dan sekitarnya terpaksa membongkar dan memusnahkan lahan nanas miliknya, dan beralih menanam sayur. Melihat hal tersebut, Dinas Pertanian (Dispertan) Pemalang menuturkan, bahwa keuntungan petani sangat minim, namun biaya tanam semakin melonjak.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dispertan Pemalang Imam Mukarto menjelaskan, biaya dalam perawatan tanaman nanas bisa dibilang cukup tinggi, namun ketika panen harga dipasaran sangat rendah dan keuntungan yang didapatkan petani tipis. Harga jual tertinggi buah nanas dari kualitas terbaik mulai dari Rp2.500 – Rp1000 per buah.

Baca juga:  Mansur Cuti Ikuti Pilkada selama Kampanye

“Kalau dilihat memang sulit untuk petani nanas, sebab harga sekarang tidak sesuai dengan standar dan kemungkinan itu menjadi alasan mereka melakukan pemusnahan lahan. Tapi kami sendiri belum cek lokasi berapa luas lahan yang petani musnahkan,” terangnya.

Ia berasumsi, jika ada petani nanas mempunyai lahan satu hectare, dengan perhitungan di sana ada 30.000 tanaman dan per batang berbuah semua. Maka sekali panen petani hanya meraih Rp30 juta, dengan hitungan menggunakan harga terendah yaitu Rp1.000 per buah. Sehingga jika dibandingkan dari biaya produksi, juga perawatan, keuntungan petani sangat minim.

Baca juga:  Heru Kundhimiarso Janji Tetap Lantang Suarakan Keinginan Rakyat

Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya tengah mengajukan Sertifikasi Indikasi Geografi (IG) tanaman nanas madu ke Kementerian Hukum dan HAM. Di mana, itu menjadi salah satu langkah trobosan untuk meluaskan pasar petani nanas ke luar daerah, bahkan ekspor luar negeri.

“Kendala paling besar sekarang yang kami lihat, petani memerlukan wadah untuk pemasaran. Jadi kita upayakan untuk pengajuan IG yaitu semacam sertifikasi, agar dapat dipasarkan ke luar daerah dan disamping itu, kita juga kembangkan olahan produk agar nilai jualnya juga lebih tinggi,” tuturnya.

Baca juga:  Gunung Gajah akan Jadi Ikon Wisata Baru Pemalang

Terkait dengan pemusnahan ini, Slamet salah satu pemilik lahan nanas madu di Desa Belik mengungkapkan, pihaknya terpaksa memusnahkan ribuan pohon nanas miliknya. Hal ini karena biaya perawatan nanas terbilang cukup tinggi, namun keuntungannya yang didapatkan kecil.

“Secara kalkulasi antara pendapatan dengan pengeluaran tidak sebanding. Salah salah, saya bisa nombok terus. Jadi pilihan berat, saya ambil jalan tengah, mengganti tanaman lain yang lebih menguntungkan,” pungkasnya. (fan/all)