Oleh: Sunarti, S.Pd.I.
Guru PAI SDN 1 Tanjunganom,, Kec. Rakit, Kab. Banjarnegara
MENCERMATI Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dan ayat 1, kekuatan spiritual dan ketrampilan harus dimiliki oleh peserta didik. Untuk itu, Pendidikan Agama Islam (PAI) dan ketrampilan membaca Al Quran harus dimiliki oleh siswa yang beragama Islam. Siswa yang beragama Islam harus bisa membaca Al Quran karena Al Quran merupakan pedoman hidup umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam wajib bisa membaca Al Quran agar bisa mempelajari isi dari kitab tersebut. Tidak hanya bisa membaca, tapi juga harus bisa membaca dengan benar, baik makhrojil huruf atau keluarnya huruf dari mulut maupun tajwidnya. Karena bacaan Al Quran apabila salah dalam pelafalan huruf dan cara membacanya asal-asalan tidak memenuhi aturan atau tajwid, makna atau arti bisa berbeda, ini sangat membahayakan dalam pemahaman isi dari Al Quran tersebut.
Untuk siswa kelas 3 SD, khususnya di SD 1 Tanjunganim, Kec. Rakit, Kab. Banjarnegara, membaca Al Quran masih banyak yang merasa kesulitan, bahkan oleh sebagian anak membaca Al Quran menjadi momok karena mereka merasa kesulitan. Untuk itu, sebagai guru PAI harus bisa memilih metode yang menyenangkan agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran PAI, khususnya materi membaca Al Quran.
Pembelajaran membaca Al Quran ini sesuai pada sebaran standar isi pada Kompetensi Dasar (KD) 1.1, yakni Terbiasa membaca Al Quran dengan tartil kelas 3 jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Seiring perkembangan zaman, ditemukan metode yang membuat siswa menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran PAI, khususnya materi membaca Al Quran, yaitu dengan Mei. Mei merupakan akronim dari Metode Iqro. Mei atau metode Iqro sangat mudah diterapkan untuk anak-anak siswa SD atau tahap pemula, karena Mei (Metode Iqro) ini disusun menjadi enam jilid yang dikemas sangat sederhana.
Menurut Mu’min (1991), Metode Iqro cara mengajarkan al Quran yang mengacu pada pola pendidikan “Child Centered”, yaitu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap siswa untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan. Metode Iqro tersusun sistematis dari level sederhana hingga level yang lebih sempurna, sehingga dapat digunakan untuk semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lansia.
Sistematika Mei ada enam tahapan sesuai tahapan jilidnya, yaitu: 1) Pada jilid satu siswa diperkenalkan bacaan yang seluruhnya berisi pengenalan huruf tunggal yang ber-harokat fathah; 2) Pada jilid dua siswa diperkenalkan huruf bersambung dan bacaan mad ber-harokat fathah; 3) Pada jilid tiga siswa diperkenalkan kasrah, dhommah serta panjang pendeknya; 4) Pada jilid empat siswa diperkenalkan dengan harakat tanwin dan sukun, dan diperkenalkan hukum bacaan qolqolah; 5) Pada jilid lima siswa diperkenalkan bacaan yang mengandung tajwid, namun anak belum diperkenalkan istilah-istilahnya; 6) Pada jilid enam siswa diperkenalkan hukum bacaan nun mati dan aturan membacanya.
Dengan Mei yang dibuat per jilid dalam pembelajarannya, maka siswa dapat mengikuti pembelajaran membaca Al Quran sesuai kemampuannya, sehingga siswa tidak merasa tertekan dan siswa dengan ceria mengikuti pembelajaran membaca Al Quran. Apabila metode Mei rutin diajarkan kepada siswa, insya Allah dalam waktu tujuh bulan sampai satu tahun siswa sudah mampu membaca Al Quran dengan baik. Baik makhroj maupun tajwidnya. Hal ini sudah terbukti di SDN 1 Tanjunganom, siswa-siswinya sekarang sudah bisa baca Al Quran. Semoga dengan hadirnya Mei (Metode Iqra) ini, Al Quran tidak lagi menjadi hiasan atau pajangan di ruang tamu tapi Al Quran menjadi bacaan, sebagaimana arti dari Iqra yaitu bacalah. (*)