BANTUL, Joglo Jogja – Setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19, upacara kirab Rebo Pungkasan kembali digelar. 12 padukuhan turut memeriahkan acara tersebut. Kirab dilangsungkan mulai dari Masjid Al Huda hingga Balai Kalurahan Wonokromo.
Lurah Wonokromo, Machrus Hanafi mengatakan, perayaan Rebo Pungkasan sendiri telah melalui sejarah yang panjang. Sudah ada sejak abad ke-17. Menurutnya, Rebo Pungkasan tidak hanya menjadi bentuk akulturasi agama dan budaya. Tetapi juga mengimplementasikan ajaran agama.
“Pada Bulan Safar untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah untuk berdoa, meminta keselamatan, kesehatan,” ucapnya, Rabu (21/9).
Lebih lanjut, Machrus menjelaskan, rangkaian Rebo Pungkasan dilakukan dengan majelis doa. Selain itu, dalam perayaan tahun ini juga terdapat inovasi yang membedakan dengan perayaan sebelumnya. Dalam kirab, turut diarak lemper raksaksa, sebagai simbol makanan perjamuan di masa lalu.
“Lemper terdiri atas tiga lapis. Pertama kulit daun dimana untuk menuju kenikmatan berproses, kita kupas kulitnya,” jelasnya.
Setiap Rabu Pungkasan, imbuhnya, akan ada satu lemper yang dibuat khusus dengan panjang 2.5 m, dan berdiameter 50 hingga 60 cm. Tidak hanya satu, lemper raksasa, setiap padukuhan juga menyajikan lemper ukuran biasa untuk dibagikan ke masyarakat. “Kalau yang besar dipotong untuk tamu istimewa,” tambahnya.
Dari pantauan di lapangan, ribuan masyarakat ikut mengikuti kirab tersebut. Ditambah lagi, terdapat pasar malam di dekat Balai Desa Wonokromo. Hal ini menambah keramaian dan keseruan acara perayaan Rabu Pungkasan. (ers/mg2)