Oleh: Setiyoningsih, S.Pd.
Guru SDN Kebonsari 1, Kec. Dempet, Kab. Demak
DALAM proses pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar (SD), sebagian besar guru masih mengalami kendala-kendala dan kesulitan dalam menanamkan konsep kepada siswa khususnya perkalian, pembagian, pengurangan, penjumlahan dalam kaitannya mencari rata-rata (mean) dalam sebuah data. Para guru belum tentu dapat membuat alat peraga yang tepat untuk menanamkan konsep tersebut. Sedangkan matematika itu sendiri dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.
Salah satu hambatan dalam pengajaran matematika adalah siswa kurang tertarik pada matematika karena banyak siswa yang mengalami kesulitan dan merasa sedih bila menghadapi soal-soal matematika, sehingga dapat mengakibatkan basil belajar rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Sesuai dengan hakikat pendidikan matematika, maka tujuan pendidikan matematika tidaklah hanya sekedar agar siswa dapat memiliki kemampuan berhitung. Melainkan juga melalui pendidikan matematika diharapkan ketrampilan berhitung, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan serta membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Selain itu juga mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pendidikan. Pemikiran-pemikiran tersebut mengakibatkan minat perhatian dan peran aktif untuk mempelajari matematika rendah. Akibatnya berdampak pada pencapaian prestasi.
Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan siswa pada materi pengolahan data mean, median, dan modus baru 50% yang tuntas atau 10 anak dari 20 jumlah siswa. Terjadinya fenomena permasalahan tersebut di atas maka minat belajar matematika perlu ditindak lanjuti serta diberi jalan keluarnya, mengingat bahwa guru memegang peranan dan motivator yang urgen dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki strategi, variasi mengajar serta profesional. Seorang guru seyogyanya selalu proaktif mencari teknik-teknik mengajar yang tepat bagi siswanya. Maka dari itu, salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan pohon maja kreatif dengan CD interaktif untuk membantu menyampaikan materi matematika tersebut.
Banyak pendapat ahli tentang manfaat media, salah satunya dikemukakan oleh Sudjono dan Rival dalam Ngadino Y (2003: 21) yang menjelaskan bahwa manfaat media dalam proses pembelajaran adalah: 1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran; 3) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan kegiatan belajar juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Pohon Maja Kreatif merupakan papan yang dibentuk secara berkreasi sebagai tempat untuk pengumpul data. Kreasi pembuatan pohon maja disertai misi dan visi utama untuk memberikan minat belajar pada siswa. Materi pembelajaran akan lebih mudah dan jelas jika dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran (Ariputri, Galuh Puspita dan Eko Supraptono, 2015). CD Interaktif merupakan media untuk memperjelas pembelajaran matematika. Cara membuat CD Interaktif guru menggunakan program windows yakni program power point dengan fasilitas hyperlink.
Setelah dilakukan inovasi pembelajaran melalui penggunaan pohon maja kreatif dengan CD interaktif di Kelas 6 SD Negeri Kebonsari 1, Kec. Dempet, Kab. Demak, didapatkan kondisi bahwa pemahaman siswa meningkat. Motivasi belajar siswa juga meningkat dengan peningkatan hasil belajar secara klasikal. (*)