Wujudkan Well-Being di Sekolah melalui PSE

Oleh: Purwati, S.Pd.
Guru SDN Dempet 1, Kec. Dempet, Kab. Demak

MENURUT kamus Oxford English Dictionarywell-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Noble and Mc.Grath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.

Fakta yang terjadi di kelas 4 SD Negeri Dempet 1, well-being belum sepenuhnya terwujud. Hal ini dapat dilihat dari kondisi murid dan guru yang masih belum stabil dari segi emosional dan sosialnya. Peristiwa ini dapat terjadi karena dalam keseharian pengelolaan emosional dan sosial belum dilaksanakan dengan baik. Melihat kondisi tersebut, maka perlu diterapkan suatu strategi untuk meningkatkan pengelolaan emosional dan sosial warga sekolah. Salah satunya melalui PSE (Pembelajaran Sosial dan Emosional).

PSE adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1) Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri); 2) Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri); 3) Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial); 4) Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi); serta 5) Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Lima Kompetensi Sosial dan Emosional di atas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinal untuk memecahkan masalah (dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid juga sedang menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri.

Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit di kelas 4 memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Setelah dilakukan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) secara eksplisit di Kelas 4 SD Negeri Dempet 1, Kec. Dempet, Kab. Demak, didapatkan kondisi nyaman, sehat, dan bahagia (Well-being) ekosistem pendidikan di sekolah dapat terwujud. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik belajar murid juga meningkat, sehingga berakibat pada peningkatan pemahaman murid secara klasikal. (*)