Oleh: Dwiana Kurniawati, S.Pd.SD.
Guru SDN 3 Cendana, Kec. Banjarnegara, Kab. Banjarnegara
AKTIVITAS siswa adalah salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Aktivitas siswa dapat berupa aktivitas fisik dan aktivitas mental siswa yang meliputi sikap dan perhatian pada saat penyampaian materi. Aktivitas saat melakukan analisis dan membandingkan sesuatu aktivitas belajar siswa berkaitan dengan proses mengonstruksi pengetahuan. Siswa dapat mengonstruksi pengetahuan yang dimiliki melalui kegiatan yang dilakukan secara langsung. Hal ini sesuai dengan landasan konstruktivistik, bahwa belajar merupakan kegiatan mengonstruksi atau menciptakan pengetahuan secara langsung. Siswa dapat memahami pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. Kegiatan pembelajaran menjadi bermakna, sehingga siswa juga dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas belajar siswa kelas IV SD N 3 Cendana rendah.
Sebagian besar siswa hanya duduk dan diam memperhatikan penjelasan guru saja. Siswa malu menanyakan materi yang belum jelas. Siswa tidak berani mengeluarkan gagasan yang dimiliki. Siswa juga sering melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi, misalnya berbicara dengan siswa lain, bermain pensil/bolpoin, dan melamun. Pada saat diskusi kelompok pun, masih banyak siswa yang kurang terlibat dalam menyelesaikan tugas kelompok dari guru. Dari observasi di kelas, menunjukkan bahwa guru masih sulit merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Guru masih menggunakan ceramah saja dalam mengajar. Guru kurang memahami dan menguasai model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran. Guru kurang mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus direncanakan guru dengan tepat.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana kegiatan pembelajaran yang meliputi seluruh kegiatan yang diakukan guru, termasuk membimbing siswa selama di kelas. Perencanaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan kegiatan pembelajaran yang tidak efektif. Siswa merasa sulit untuk menerima dan mengerti materi yang diberikan guru. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif jika guru dapat merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan tepat, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan yang dimiliki. Siswa merasa jenuh selama kegiatan pembelajaran. Siswa kurang bergairah dan tidak konsentrasi untuk memperhatikan penjelasan guru. Siswa tidak diikutsertakan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi pasif dan sulit mengerti dan menguasai penjelasan guru. model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses dan hasil belajar serta keterampilan sosial siswa. Salah satu prinsip model pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan positif yang menekankan bahwa pembelajaran kooperatif dapat berhasil dengan baik jika terdapat kerja sama setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan persoalan. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar murid, baik secara kognitif maupun fisik, ada unsur permainan, sehingga tipe ini menyenangkan, meningkatkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan motivasi belajar murid, dan efektif melatih kedisiplinan. langkah-langkah model pembelajaran make a match adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep yang cocok untuk sesi review, salah satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 2) Masing-masing siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang; 3) Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; 4) Masing-masing siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin; 5) Apabila siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama; 6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya; 7) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran. (*)