Oleh: Rizky Ariwibowo
Guru SD 2 Bakalan Krapyak, Kec. Kaliwungu, Kab. Kudus
IMPLEMENTASI Kurikulum 2013 dalam pembelajaran di kelas harus mempertimbangkan kondisi riil siswa dan pembelajaran yang terjadi di lapangan pada saat ini. Fakta tentang siswa di lapangan menurut Nuh (2013), hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori tinggi dan advance (memerlukan reasoning), sedangkan 71% siswa Korea sanggup. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori rendah (hanya memerlukan knowing atau hafalan). Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6.
Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu yang diajarkan di kelas berbeda dengan tuntutan zaman. Pembelajaran sains di sekolah dasar berperan sangat penting untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sains berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam proses pembelajarannya diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang kontekstual. Pengalaman siswa dalam belajar sains inilah yang kemudian membentuk sikap ilmiah siswa memiliki keterkaitan untuk menciptakan pembelajaran sains yang bermakna.
Pada pembelajaran sains di sekolah dasar, menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa masih tergolong rendah. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah tidak adanya inisiatif dalam mengembangkan ide dan kemampuan ilmiahnya dalam menerima materi pembelajaran, siswa hanya menunggu apa yang disampaikan oleh guru. Tidak adanya inisiatif siswa menjadi salah satu indikator yang menunjukkan rendahnya sikap ilmiah dalam pembelajaran sains.
Kondisi seperti di atas memerlukan alternatif yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran sains. Dilaksanakan sebagai berikut: 1) Pembelajaran di sekolah dasar harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.; 2) Pembelajaran di SD adalah mengembangkan kemampuan kreatif, karena menurut Nuh (2013) yang mengutip pendapat Dyers, J.H. et.al (2011), 2/3 kemampuan kreatif diperoleh seseorang dari pendidikan dan hanya 1/3 saja dari bakat; 3) Mengedepankan proses scientific approach mengamati, menanya, menalar, menyimpulkan sampai memutuskan sehingga peserta didik sejak kecil sudah terlatih dalam berpikir tingkat tinggi yang nantinya diperlukan untuk pengambilan keputusan; 4) Pembelajaran dilaksanakan dengan mengintegrasi 4 komponen hasil belajar dalam Kurikulum 2013 yaitu sikap spiritual, sikap sosial, keterampilan, dan pengetahuan; 5) Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menalar, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta; 6) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat; 7) Guru bukan satu-satunya sumber belajar; 8) Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan; 9) Tematik dan terpadu.
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu fenomena alam, makhluk hidup atau benda, secara sistematis kritis, analitis, dan logis. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan sikap dan keterampilan peserta didik, sehingga mereka dapat menjadi pemecah masalah yang mandiri (independent problem solvers).
Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri ini tidak semata berorientasi pada hasil pembelajaran semata, tetapi juga menghendaki proses pembelajaran yang bermutu. Untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis inkuiri ini, guru dapat menerapkan langkah-langkah yang telah di kembangkan oleh para ahli dan praktisi pendidikan dalam bentuk model pembelajaran inkuiri.
Dari beberapa definisi, maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mengajarkan siswa berpikir melalui proses merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan informasi, untuk kemudian menguji hipotesis yang di ajukan untuk dapat di tarik suatu kesimpulan. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini memungkinkan peserta didik mempunyai kedalaman pemahaman terhadap materi yang mereka pelajari, dan secara konstruktif mereka membangun sendiri pengetahuan baru di atas fondasi pengetahuan yang sebelumnya mereka miliki.
Berpijak dari hasil penelitian ini, maka penerapan metode inkuiri dapat menjadi alternatif metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran sains, khususnya untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa. (*)