Metode Tifmotiv dalam Mengatasi Sikap Temperamental Siswa

Oleh: Suparti, S.Pd.SD.
Guru SD 1 Majalengka, Kec. Bawang, Kab. Banjarnegara

DALAM perkembangan anak, masing-masing memiliki sikap temperamen yang bervariasi. Hal ini akan mengimbas dalam sikap belajar anak di dalam kelas. Guru yang mengajar nantinya akan menghadapi sikap anak yang beragam. Ketika menemukan sikap anak yang temperamen atau mudah marah, guru cenderung akan mengalami kesulitan. Sikap anak yang cenderung mudah marah dikenal dengan temperamental. Hal ini akan mendorong amarah meningkat dengan cepat dan akan mempengaruhi motivasi belajarnya.

Dalam Ahmadi (2005: 159), temperamen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan sebagainya. Terkait temperamental anak, pada tahun ajaran 2022-2023 ini, penulis mengajar peserta didik kelas 1 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Majalengka. Di antara siswa yang penulis ajar tersebut, terdapat satu siswa yang memiliki sifat temperamen. Hampir setiap hari siswa tersebut marah-marah, ngomel sendiri, mengambil barang apa saja yang ada di dekatnya, serta tak segan untuk melemparnya dan sering kali mengusili serta memukul temannya.

Seorang anak yang memiliki temperamental mudah marah kemudian disebut dengan temperamen. Artinya anak tersebut dalam kondisi di mana amarah lebih sering meningkat dengan cepat. Sifat temperamen seorang anak dapat diketahui dari cara mengekspresikan kemarahannya. Misalnya pada saat marah, anak suka membanting benda di sekitarnya, suka membentak teman atau orang di sekitarnya, hingga melakukan kekerasan fisik terhadap orang lain.

Siswa yang temperamental cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah. Ketika pembelajaran berlangsung, waktu yang ada lebih banyak dipergunakan untuk mempermasalahkan sesuatu yang terjadi, mengusili temannya serta meluapkan amarahnya. Ketika temannya belajar, siswa tersebut tidak menghiraukan pelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut berdampak tertinggalnya materi yang dikuasai siswa tersebut. Alhasil, hasil penilaian hariannya juga ikut rendah. Menurut penulis anak tersebut membutuhkan penguatan positif dan motivasi. Menurut Hasibuan dalam (Sutrisno, 2017), motivasi adalah perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Dari pengalaman di atas, penulis menerapkan penguatan Tifmotiv dalam menghadapinya. Penguatan Tifmotiv adalah penguatan positif motivasi. Penguatan positif yang diberikan dengan tujuan untuk lebih memotivasi siswa untuk lebih baik lagi dan lebih semangat lagi. Ketika siswa bersikap temperamental, hal yang pertama penulis lakukan adalah tanyakan apa yang menjadi permasalahannya, dengarkan penjelasan yang diberikan olehnya, dan berilah pengertian secara perlahan dan berilah penguatan positif kepadanya serta berilah motivasi untuk lebih baik lagi.

Menurut Wasty Soemanto (2006: 129), yang dimaksud dengan pemberian penguatan adalah suatu respons positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berpartisipasi. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar dan mengajar siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik

Penguatan Tifmotiv yang kita terapkan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara terus menerus, karena untuk menghadapi siswa yang temperamental membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Perlu ketelatenan dan kesabaran dalam melakukannya. Perlu diingat bahwa penguatan Tifmotiv perlu dibarengi dengan rasa kasih penulis yang tulus.

Berjalannya waktu, alhasil siswa temperamental yang penulis didik dan bimbing setiap hari. Dengan selalu memberi penguatan positif dan memberikan motivasi atau dorongan, maka lambat laun siswa tersebut sudah sedikit banyak bisa mengendalikan emosinya dan bisa lebih semangat mengikuti pembelajaran. (*)