Oleh: Titis Prihatiningsih, S.Pd.SD.
Guru SDN 2 Wanakarsa, Kec. Wanadadi, Kab. Banjarnegara
UPAYA peningkatan sumber daya manusia (SDM) harus terus menerus dilakukan secara konsisten, berlanjut, dan saling berkesinambungan dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi, sehingga menghasilkan SDM yang unggul. Selain itu, kesadaran akan pentingnya paradigma tersebut mengharuskan adanya pendidikan yang unggul, bermutu tinggi, kompetitif, dan selalu berkembang.
Pembelajaran matematika dirancang untuk membangun pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam memperoleh, memilih, mengoneksikan, memecahkan, dan mengolah informasi untuk bertahan pada keadaan dunia. Keberhasilan pembelajaran matematika tidak begitu saja dapat terwujud dengan mengandalkan proses kegiatan belajar mengajar yang selama ini diterapkan di sekolah dengan langkah-langkah berurut seperti, mengenalkan teori maupun definisi, menampilkan contoh soal serta memberikan soal latihan tanpa mengikutsertakan peserta didik untuk berpartisipasi aktif di dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran seperti ini akan membuat peserta didik mendapatkan ilmu secara pasif, guru akan dikategorikan sebagai objek penyampai materi yang selalu benar. Dengan begitu, langkah-langkah serta proses pembelajaran yang selama ini umum dilakukan dirasa belum tepat, sehingga perlu adanya tindakan dan perubahan untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk mewujudkan pencapaian tersebut, kemampuan yang perlu didalami peserta didik adalah kemampuan dalam memecahkan permasalahan dalam matematika.
Menurut Siwono, kemampuan pemecahan masalah adalah cara individu dalam merespons serta mengatasi hambatan ketika suatu metode jawaban belum terlihat jelas (Mawaddah & Anisah, 2015). Dalam hal ini, dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses yang terarah dalam menentukan suatu penyelesaian. Adapun langkah-langkah dalam memecahkan suatu masalah yaitu: a) memahami isi/makna suatu masalah; b) memilih strategi yang akan digunakan dalam memecahkan masalah; c) melakukan perencanaan; dan d) mengoreksi kembali hasil temuan yang diperoleh. Dalam hal ini, pembelajaran dimulai dengan diberinya suatu masalah.
Adanya kelompok kerja akan membangun karakter peserta didik dalam bersikap dan memutuskan suatu keputusan secara musyawarah. Peserta didik terbiasa menghafal teorema, definisi, serta rumus matematika yang mengakibatkan kurangnya pemahaman terhadap suatu masalah sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Dalam menyelesaikan suatu masalah peserta didik terbiasa meniru dan mengandalkan peran guru untuk membantu dan membimbing.
Peserta didik beranggapan bahwa antara konsep matematika dengan masalah di kehidupan sehari-hari merupakan hal yang terpisah, sehingga mereka merasa kesulitan dan tidak menyadari bahwa matematika nyatanya berdampingan langsung dengan kehidupan sekitar mereka. Hal ini perlu diatasi agar permasalahan dalam kehidupan sehari-hari selalu terkait dengan proses pembelajaran matematika, sehingga tidak dimulai dari hal yang abstrak. Untuk itu, perlu adanya suatu pendekatan maupun metode yang dapat mengatasi masalah di atas. Di antaranya yaitu dengan menerapkan model problem based learning berbantu media komik dengan role playing games dalam proses pembelajaran, khususnya matematika.
Model PBL berbantu media komik dengan role playing games dirasa cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Peserta didik akan belajar bagaimana cara memahami suatu masalah, menyusun dan merancang cara penyelesaiannya hingga dapat menemukan solusi yang dirasa tepat untuk masalah tersebut. Model PBL juga akan didampingi dengan adanya suatu media yang dapat memperlancar jalannya proses pembelajaran.
Media komik membuat peserta didik jauh lebih memahami masalah yang diberikan. Terlebih dengan adanya gambar/visual yang membuat peserta didik tidak hanya sekedar diminta untuk membayangkan peristiwa atau kejadian melainkan dapat melihat secara langsung masalah apa yang sedang ditunjukkan untuk mereka. Peserta didik akan mengalami situasi di mana mereka akan mengalami masalah yang diberikan, sehingga pembelajaran akan jauh lebih bermakna. (*)