Oleh: Sri Margiyanti, S.Pd.SD.
Guru SDN Rejosari 01, Kec. Semarang Timur, Kota Semarang
SIMBOL pada lambang negara dan sila-sila Pancasila merupakan materi di kelas 2 pada muatan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) sekolah dasar (SD). PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Mata pelajaran ini mengajarkan tentang berbagai kehidupan sosial yang ada di keluarga, sekolah, maupun di masyarakat serta mempelajari masalah-masalah yang ada di dalamnya.
Mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsi PPKn sebagai sarana untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban, dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara, berkomitmen setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan diri sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Kondisi yang terjadi di kelas 2 SD Negeri Rejosari 01 yaitu siswa kurang memahami materi simbol pada lambang negara dan sila-sila Pancasila. Motivasi belajar siswa juga menurun, hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada materi tersebut. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan, sehingga guru harus berusaha mencari media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak dan juga materi yang sedang dipelajari. Guru berpikir untuk menciptakan suatu inovasi pembelajaran yakni dengan menggunakan media video KASILARA yang merupakan singkatan dari media video simbol lambang negara dan kartu simbol lambang negara.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi pelajaran kepada peserta didik dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini didukung dengan menurut Arsyad (2015:10). Video dapat digunakan baik untuk proses pembelajaran tatap muka maupun jarak jauh tanpa kehadiran guru, dalam pemilihan media video sebagai media pembelajaran, maka harus diketahui karakteristik video yang dapat mendukung digunakannya sebagai media pembelajaran.
Kelebihan media video antara lain yaitu: 1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dari rangsangan luar lainnya; 2) Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajian dan siswanya; 3) Dapat menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; 4) Keras lemahnya suara dapat diatur; 5) Gambar proyeksi dapat dibekukan untuk diamati; 6) Objek yang sedang bergerak dapat diamati lebih dekat. Sementara kekurangan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan media video dalam proses belajar mengajar adalah: 1) Komunikasi bersifat satu arah dan perlu diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain; 2) Kurang mampu menampilkan detail objek yang disajikan secara sempurna; 3) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
Sedangkan kelebihan media kartu jika dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, mudah untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan indra pengamatan. Kelemahan media kartu menurut Arief S. Sadiman, dkk (2006:31) adalah sebagai berikut: 1) Kartu bergambar hanya menekankan persepsi indra mata; 2) Kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu kompleks; 3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari media video KASILARA, nyatanya inovasi media pembelajaran ini yang diterapkan di kelas 2 SD Negeri Rejosari 01 pada materi symbol pada lambang negara dan sila-sila Pancasila, didapatkan kondisi bahwa pemahaman siswa meningkat. Motivasi belajar siswa juga meningkat dengan terjadi pula peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal. (*)