Belajar Asyik Simbol dan Bunyi Sila Pancasila dengan Kapas

Oleh: Ruslan Ajitama, S.Pd.
Guru SDN Dempet 1, Kec. Dempet, Kab. Demak

MENURUT Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progresif. Tak terkecuali pula pada siswa kelas 3 di SD Negeri Dempet 1, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, di mana sebagian besar siswa bosan dalam kegiatan pembelajaran salah satunya saat materi simbol dan bunyi sila Pancasila. Motivasi belajar siswa juga menurun, hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan, sehingga guru harus berusaha mencari media ataupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak dan juga materi yang sedang dipelajari. Kondisi tersebut membuat guru berpikir untuk menggunakan media ataupun strategi pembelajaran yang sesuai, yakni dengan memanfaatkan media KAPAS (Kartu Pasangan).

Menurut Syaful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2010), media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan agar tercapai tujuan pembelajaran. Beberapa macam media pembelajaran yang bisa digunakan yaitu: 1) Media Visual, yaitu jenis media pembelajaran yang berupa media gambar atau visual yang bisa dilihat oleh mata sebagai indra penglihatan. Contoh media visual adalah grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, dan lain sebagainya; 2) Media Audio, yaitu jenis media pembelajaran yang berupa media suara atau audio yang bisa didengar oleh telinga sebagai indra pendengaran. Contoh media audio adalah radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan lain sebagainya; 3) Projected Still Media, yaitu jenis media pembelajaran berupa suatu media proyeksi dengan gambar diam atau tidak bergerak. Contoh projected still media adalah slide, overhead projector (OHP), in focus, dan lain sebagainya; 4) Projected Motion Media, yaitu jenis media pembelajaran yang berupa suatu media proyeksi dengan gambar bergerak atau motion. Contoh projected motion media adalah film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer, dan lain sebagainya.

Kartu kata berpasangan merupakan jenis kartu yang terdiri atas dua buah kartu, yaitu kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Media kartu kata berpasangan merupakan inovasi media pembelajaran yang diadaptasi dari permainan tebak-tebakan yang sering dimainkan oleh anak-anak dan dikemas melalui permainan kartu kata berpasangan. Pada kartu kata berpasangan ini terdapat beragam pertanyaan teka teki mengenai jenis-jenis simbol sila Pancasila yang harus dipasangkan dengan tepat dengan jawaban. Permainan kartu kata berpasangan siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang simbol dan bunyi sila Pancasila. Media kartu kata berpasangan berisikan tentang berbagai macam jenis jenis-jenis simbol sila Pancasila dan pilihan sila yang sesuai disajikan secara menarik, sehingga siswa dapat bermain sambil belajar serta membelajarkan siswa berinteraksi dengan siswa yang lainnya karena penggunaan kartu pasangan harus dilakukan secara berkelompok.

Dengan menggunakan kartu kata ini, nyatanya dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru. Sebagaimana menurut Syah (2005: 132) “faktor kesiapan belajar akan menentukan keberhasilan belajar siswa”. Faktor kesiapan ini erat kaitannya dengan faktor internal siswa, yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa dan faktor eksternal siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial termasuk alat-alat belajar dan pemilihan media.

Media kartu kata berpasangan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang simbol dan bunyi sila Pancasila. Media kartu kata berpasangan meningkatkan hasil belajar siswa. Media kartu kata berpasangan dapat mengembangkan kemampuan afektif siswa seperti menjalin kerja sama dengan teman baik dalam permainan kata maupun dalam diskusi kelompok. Hal ini pula yang terjadi setelah diterapkan di kelas 3 SD Negeri Dempet 1, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak pada materi simbol dan bunyi sila Pancasila, didapatkan kondisi bahwa pemahaman siswa meningkat. Pembelajaran lebih asyik dan menggairahkan siswa. Motivasi belajar siswa juga meningkat dengan peningkatan hasil belajar secara klasikal. (*)