Oleh: Sumarah Rahayu, S.Pd.
Guru SMAN 12 Semarang, Kota Semarang
PERMASALAHAN siswa SMA saat menulis adalah mengawali tulisan tersebut. Menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Diperlukan bakat alami dan keterampilan teknis dalam menulis. Seseorang dapat menjadi penulis apabila mampu menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Suatu ide itu akan timbul kalau seseorang tersebut memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, sehingga dapat dikatakan bahwa antara pengetahuan seseorang dengan hasil tulisan itu berbanding lurus.
Menurut Akhadiah (1986), menulis merupakan suatu proses yang dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau lazim juga disebut mengarang merupakan kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus memiliki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis dan juga pengetahuan bagaimana menuliskannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerpen berasal dari dua kata yakni kata “cerita” dan kata “pendek”. Kata “cerita” mengandung arti tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian dll). Kata “pendek” berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata, yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Menurut Susanto dalam Tarigan (1984:176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah suatu cerita yang habis dibaca sekali duduk, relatif pendek, karena hanya membahas satu permasalahan kehidupan yang menonjol, sehingga hanya melibatkan dua atau tiga tokoh dan tidak menceritakan perubahan nasib tokoh tersebut. Walaupun begitu, sebuah cerita pendek lebih memikat dan mengena pembaca karena bahasa yang digunakan tajam, sugestif, dan menarik.
Banyak siswa, terutama siswa SMA yang merasa kesulitan menulis cerita pendek. Padahal, menulis cerita pendek merupakan salah satu materi di SMA. Salah satu cara untuk mempermudah menulis cerita pendek adalah dengan cara meniru cerita pendek yang sudah ada. Dengan sering membaca, memahami cerita pendek, maka akan timbul ide menulis cerita pendek. Cara inilah yang dimaksud dengan Model Copy The Master.
Metode Copy The Master merupakan metode yang digunakan untuk menerapkan cara, teknik, dan pola berpikir seorang ahli atau master dalam menghasilkan sebuah produk. Namun Copy The Master bukan semata-mata menjiplak sebuah karya untuk menghasilkan karya baru dan diakui sebagai karya pribadi yang menjiplaknya. Hal tersebut adalah sebuah bentuk latihan untuk menuju kemandirian dalam menciptakan sebuah karya selanjutnya.
Marahimin (1994, 11) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan teknik Copy The Master sebagai berikut: a) Siswa membaca tulisan yang menjadi model; b) Siswa melihat isi dan bentuk tulisan dari model yang disajikan; c) Siswa menganalisis dan membuat kerangka tulisan sesuai dengan model; d) Siswa latihan menulis dengan meng-copy kerangka, ide, atau teknik penulisan dari tulisan yang menjadi model.
Kelebihan metode Copy The Master antara lain dapat membantu melatih berpikir kreatif dalam proses menulis cerita pendek, menstimulus menghasilkan ide gagasan yang baru, meningkatkan kemampuan secara skill sesuai aktivitas menduplikasi yang dikerjakan, menguak imajinasi penduplikasi dalam ekspresi pengalaman dan memudahkan pengajar dalam media penyampaian materi karena melalui contoh konkret.
Sedangkan kelemahan dari Copy The Master yaitu jika pemilihan master atau ahli tidak menarik akan membuat kebosanan saat menduplikasi. Peningkatan kreativitas siswa tidak sesignifikan ketika dilakukan tanpa melalui metode ini, namun metode ini memudahkan untuk pemula dan jika tidak didampingi dan dijelaskan fungsi duplikasi, siswa akan tidak terbiasa bekerja mandiri dan harus melihat untuk meniru karya orang lain. (*)