KEMAJUAN digital membuat banyak hal menjadi lebih mudah dan serba praktis. Khususnya dalam hal komunikasi yang semakin bisa ‘dilipat’ di mana saja dan kapan saja.
Spesialis kedokteran jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif mengatakan jika interaksi sosial secara langsung tetap diperlukan demi kesehatan mental. Terutama di tengah kemudahan berinteraksi melalui jejaring internet.
“Kemudahan untuk berinteraksi melalui internet sering kali membuat interaksi sosial secara langsung dilupakan. Padahal keduanya memiliki dampak yang berbeda,” kata salah satu pengurus pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJ, Jumat (14/10).
Dokter yang akrab disapa dr. Vivi ini menjelaska, media sosial mengubah cara seseorang memandang diri, bentuk tubuh, pencapaian, dan lain sebagainya. Padahal, apa yang ditampilkan di media sosial belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi di dunia nyata.
Hal ini juga yang pada akhirnya meningkatkan kecenderungan seseorang untuk membandingkan diri dengan apa yang dilihat sempurna di media sosial.
“Cyberbullying dan cybercrime juga rentan terjadi di masa ini. Berbagai hal yang telah disebutkan tadi dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang,” ungkapnya.
Ia pun menghimbau agar masyarakat tidak melupakan untuk tetap berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
“Sesekali, cobalah untuk melakukan detoks media sosial atau tidak menggunakan media sosial terlebih dahulu. Sehingga dapat memberikan ketenangan dan meningkatkan kesehatan mental,” imbuhnya.
Selain membatasi penggunaan media sosial, hal-hal lain yang harus dijauhi demi menjaga kesehatan mental yaitu seperti berpikir negatif, pola tidur tak teratur serta aktivitas fisik yang rendah.
Menjaga gaya hidup yang aktif juga tak kalah penting demi kesehatan jiwa. Olahraga rutin harus menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Karena, olahraga meningkatkan hormon endorfin yang menimbulkan rasa bahagia.
Individu yang mentalnya sehat dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Sehingga kesadaran terkait kemampuan diri pun tetap optimal. Mampu mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, serta bisa memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (ara/mg2)