Oleh: Rudianto, S.Pd.SD
Guru SDN 02 Kedungbanjar, Kec. Taman, Kab. Pemalang
MODEL pembelajaran konvensional dengan metode ceramah menjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah yang sering digunakan oleh guru. Dalam pembelajaran tematik di kelas V SDN 02 Kedungbanjar, siswa sering kali tidak fokus dan menjadi bingung ketika mengerjakan tugas dan menjawab soal. Hanya ada sebagian siswa yang aktif. Sedangkan sebagian siswa lainnya lebih tertarik mengerjakan hal lain, seperti mengobrol dengan teman. Ada juga yang izin keluar kelas dengan beberapa alasan, menggambar, dan melamun.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang meningkatkan aktivitas belajar siswa. Yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answers (GQGA). Model pembelajaran tersebut merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif yang merangsang peserta didik untuk aktif di dalam kelas. Siswa juga diarahkan agar lebih mendengarkan semua penjelasan guru.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah, dkk (2016:80-89), yang menyatakan ada beberapa kendala yang dihadapi siswa dalam belajar. Di antaranya dalam proses belajar mengajar yang terlalu fokus pada materi, sehinga sering kali membuat siswa bosan. Maka, seorang guru sebaiknya menggunakan berbagai macam metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Menurut Djamarah (2006) kegiatan bertanya dalam pembelajaran berguna untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa. Selain itu juga dapat merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir. Termasuk daya ingatan, mengembangkan keberanian, dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Kegiatan bertanya dan menjawab yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar mampu menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa (Suprijono, 2009).
Model pembelajaran GQGA memliki 8 langkah, antara lain, Pertama, membuat potongan potongan kertas sebanyak dua kali jumlah peserta didik. Kedua, meminta setiap peserta didik untuk melengkapi pernyataan berikut ini: kartu 1 (saya masih belum paham tentang…) dan kartu 2 (saya dapat menjelaskan tentang…). Ketiga, membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil sejumlah empat atau lima orang. Keempat, masing-masing kelompok memilih pertanyaan-pertanyaan yang ada (kartu 1), dan juga topik-topik yang dapat mereka jelaskan (kartu 2).
Kelima, meminta setiap kelompok untuk membacakan pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka seleksi. Jika ada di antara peserta didik yang bisa menjawab, diberi kesempatan untuk menjawab. Jika tidak ada yang bisa menjawab, guru harus menjawab. Keenam, meminta setiap kelompok untuk menyampaikan apa yang dapat mereka jelaskan dari kartu 2. Selanjutnya minta mereka untuk menyampaikannya ke kawan-kawan. Ketujuh, melanjutkan proses ini sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada. Dan kedelapan, mengakhiri pembelajaran dengan menyampaikan rangkuman dan klarifikasi dari jawaban-jawaban dan penjelasan peserta didik.
Kristiani (2013: 194-202) mengatakan penerapan model GQGA dalam suatu proses belajar memiliki tujuan sebagai berikut: pertama, mengecek pemahaman para peserta didik sebagai dasar perbaikan proses belajar mengajar. Kedua, membimbing usaha para peserta didik untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif dan sosial. Ketiga, memberikan rasa senang pada peserta didik. Keempat, merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Kelima, memotivasi peserta didik agar terlibat dalam interaksi. Keenam, melatih kemampuan mengutarakan pendapat. Ketujuh, mencapai tujuan belajar.
Pengaruh model pembelajaran aktif tipe GQGA terhadap prestasi belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil penerapannya di kelas V SDN 02 Kedungbanjar, respon siswa terhadap pembelajaran melalui GQGA sangat kuat. Artinya setiap siswa memiliki respon yang baik dalam memahami materi pelajaran setelah menggunakan model pembelajaran tersebut. (*)