JEPARA, Joglo Jateng – Kepala Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (DiskopUKMnakertrans) Kabupaten Jepara, Samiadji menilai resesi ekonomi di tahun 2023 kemungkinan besar terjadi. Pasalnya, ekspor ke Benua Eropa, sementara ekonomi Eropa sedang tidak stabil. Menurutnya, hal itu akan berimbas ke Jepara.
“Hubungan resesi 2023 terhadap stabilitas ekonomi di Jepara tetap ada. Sebab, perputaran ekonomi kita diekspor ke Eropa, sedangkan kondisi di sana sedang morat-marit,” papar Samiadji saat ditemui Joglo Jateng di DPRD Jepara, belum lama lini.
Pihaknya menunjukkan, terjadinya resesi ekonomi di tahun 2023, dikarenakan sampai hari ini perusahaan atau pabrik hanya menghabiskan order bulan Desember. Selain itu, ekspor perusahaan menurun tajam di angka setengahnya.
“Pabrik hanya menghabiskan orderan atau belanjaan hingga Desember saja, Tidak hanya itu, pabrik mengalami penurunan pemasukan sampai 40 atau 50 persen, sehingga nyaris merugi,” terang dia.
Sehingga, ia melanjutkan, pekerja di Kabupaten Jepara berada di bawah baying-bayang PHK. Sebab, hal tersebut menjadi alternatif terakhir yang dimiliki oleh perusahaan atau pabrik setempat.
“Yang resmi melaporkan Hwaseung Indonesia (HWI) dan Parkland World Indonesia (PWI) Jepara, hanya laporan. Sebab perusahaan juga memiliki keterbatasan anggaran dan meminimkan resiko kerugian,” jelasnya.
Lebih lanjut, untuk mengatasi persoalan itu, pihaknya sedang mengkomunikasikan persoalan dengan pemilik perusahaan agar tidak melakukan PHK. Terlepas dengan efisiensi jam kerja hingga penyesuaian gaji terhadap hasil produksi sedang diupayakan.
“Dengan owner perusahaan sedang kami komunikasikan, kami mengupayakan tidak ada PHK di Jepara. Entah shifting atau apapun akan dilakukan. Adapun, jika PHK adalah jalan keluar atau alternative terakhir dari perusahaan, sebab pihak mereka yang lebih mengetahui permaslahan, perusahaan memenuhi kewajibannya beserta hak-hak pekerjanya,” pungkasnya. (cr2/gih)