Memaknai Hari Santri sebagai Momentum Tabayyun

KHIDMAT: Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara, Haizul Maarif ketika ikut dalam acara peringatan hari santri nasional. (MUHAMMAD AGUNG PRAYOGA/JOGLO JATENG)

JEPARA, Joglo Jateng – Momentum hari santri yang diperingati tiap tanggal 22 Oktober dijadikan tonggak perjuangan. Sehingga, patut dijadikan sebagai spirit pergerakkan dalam sanubari.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara, Haizul Maarif (Gud Haiz).

Menurutnya, momentum hari santri merupakan waktu ketika para santri bertafakur terhadap perjuangan para ulama dan menjadikannya sebagai suri tauladan.

Ia menukil penggalan hadits yang berbunyi,

وإنَّ العلماءَ ورثةُ الأنبياءِ، وإنَّ الأنبياءَ، لم يُوَرِّثوا دينارًا، ولا درهمًا، إنما وَرّثوا العلمَ، فمن أخذه أخذ بحظٍّ وافرٍ

Baca juga:  Cerdaskan Kehidupan Bangsa, Aliansi Pemuda Jepara Bentuk Forum Milenial

Terjemahan, ‘Para ulama itu pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham. Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Siapa yang mengambil ilmu itu, maka telah mendapatkan bagian yang paling banyak’.

“Santri mengikuti Kyai, sementara Kyai merupakan Ulama yang mengikuti jalan Nabi. Sehingga sudah semestinya, seorang santri mengikuti jalan Kyai dalam berjuang menegakkan keilmuan maupun kebenaran,” papar Gus Haiz saat ditemui Joglo Jateng, (19/10).

Tidak hanya keilmuan, ia juga menambahkan, jiwa santri yang bertendensi terhadap perilaku yang mulia agar diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya hari santri bukan hanya momentum, melainkan aksi nyata.

Baca juga:  Mengenang Serangan Umum 1 Maret 1949, Sejarah dan Kronologi

“Hari santri dijadikan spirit untuk menerapkan akhlaqul karimah atau jiwa kesantrian tertancam dalam sanubari. Tidak berhenti di situ, akan tetapi juga menerapkan dalam perilaku keseharian,” imbuhnya.

Gus Haiz memaknai bahwa santri meupakan siapa saja yang berjiwa santri.

“Santri tidak harus mondok atau sekolah di bidang keagamaan saja. Melainkan, perilaku sehari-hari, mengunggulkan adab ketimbang ilmu, sampai mengikuti petuah Kyai ialah seorang santri, sehingga setiap orang berkesempatan menjadi santri,” tegasnya.

Pihaknya juga mengingatkan, memasuki Revolusi 4.0 dan fenomena banjir informasi, seorang santri diupayakan agar up to date. Tidak hanya itu, segala informasi mesti diklarifikasi kebenarannya, sehingga terhindar dari perkara negative.

Baca juga:  PMI Jepara Bagi-Bagi Krim Antinyamuk ke Siswa, untuk Apa?

“Zaman modern dipenuhi tipu muslihat, sehingga tabayyun perihal informasi diperlukan guna mendekati kebenaran,” pungkasnya. (cr2/mg2)