Oleh: Lilik Nurlaeli, S.Pd.
Guru SD Negeri 02 Tasikrejo, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
BAHASA memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Selain itu juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik secara lisan maupun tulis. Selain itu juga menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Bahasa merupakan modal pokok siswa untuk mempelajari materi lain di jenjang selanjutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat luas. Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan kesastraan. Meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami Bahasa Indonesia. Kemudian menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulis.
Pandemi membawa banyak perubahan dalam pendidikan di Indonesia. Kondisi tersebut tidak hanya mengubah sistem aktivitas belajar, namun juga berpengaruh pada penurunan minat membaca siswa. Pembelajaran dengan sistem daring membuat program literasi terhenti karena pembelajaran di sekolah menjadi terbatas. Hal ini menjadikan penurunan pembiasaan membaca. Pembiasaan membaca mempunyai peran penting karena dapat meningkatkan daya kritis, kemampuan membaca, maupun keterampilan menulis siswa.
Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksi berbagai jenis teks tertulis. Kemampuan tersebut bermanfaat untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia. Serta dapat berkonstribusi secara produktif kepada masyarakat (Pusmenjar, 2020).
Untuk meningkatkan kembali semangat membaca siswa pasca pandemi ini, diperlukan upaya yang serius dari pihak sekolah. Salah satu upaya yang dapat diterapkan di kelas adalah membuat pojok baca siswa. Program tersebut diinisiasi dari pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa. Pojok baca dapat ditempatkan di sudut ruangan kelas, dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas buku-buku cerita dan buku pembelajaran lainnya. Dalam pembuatan pojok baca, guru berkolaborasi dengan siswa atau melibatkan wali murid.
Berikut adalah langkah langkah membuat pojok baca: pertama, pilihlah tempat yang tepat di ruangan kelas. Usahakan tempat yang dipilih terang, mendapat sinar matahari yang cukup, atau dekat dengan jendela. Kedua, bagi siswa menjadi beberapa kelompok yang nantinya akan mendapat tugas yang berbeda. Misalnya tim desain, tim aksesoris, dan tim penataan buku. Tim desain bertugas menghias dinding, dapat menggunakan kertas origami, membuat pohon literasi, dan hiasan lainnya. Tim aksesoris bertugas mengerjakan batas pojok literasi. Misalnya dengan menggunakan karpet dan dibatasi dengan tali sebagai pagarnya.
Siswa dapat menggunakan pot sebagai pelengkap dan membuat pojok baca lebih hidup. Tim penata buku bertugas menyusun buku di rak atau media yang disediakan guru. Guru juga dapat melibatkan wali murid untuk menyumbangkan buku untuk pojok baca.
Pelaksanaan literasi di sekolah dasar biasanya dilakukan melalui pembiasaan membaca 15-20 menit sebelum pelajaran. Dengan digalakkan kembali program literasi ini, diharapkan dapat meningkatkan kembali minat siswa dalam membaca. Sehingga meningkatkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulis, serta menumbuhkan pola berpikir kritis siswa. (*)