Pembelajaran Berbasis Proyek pada Profil Penguatan Pelajar Pancasila

Oleh: Sustinarni, S.Pd.
SD Negeri 02 Temuireng, Kec. Petarukan Kab. Pemalang

PADA 2021 Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan kurikulum prototipe yang akan disempurnakan lebih lanjut pada 2022 menjadi kurikulum Merdeka. Salah satu kekhasan kurikulum ini adalah penanaman pendidikan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Yakni pembelajaran lintas disiplin untuk mengamati dan memikirkan pemecahan masalah di lingkungan sekitar. Pendekatan yang dilakukan pada P5 menggunakan pembelajaran berbasis projek (PBL).

Menurut Wena (dalam Lestari, 2015: 14), pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Peserta didik dituntut untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.

Konsep pembelajaran dalam P5 merupakan pembelajaran terintegrasi. Kompetensi yang dipelajari setiap mata pelajaran berpadu dan melebur, dan tidak memisahkan bagian-bagian dari mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Profil Pelajar Pancasila sesuai visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.

Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan peserta didik Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan enam ciri utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Dalam pendekatan PBL, guru berperan sebagai sebagai fasilitator bagi siswa untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan panduan. Siswa dibiasakan untuk bekerja secara kolaboratif. Penilaiannya dilakukan secara otentik, dan sumber belajar bisa sangat berkembang. Ini juga jauh berbeda dengan kelas konvensional yang terbiasa dengan situasi kelas individu. Penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses, dan sumber pembelajaran cenderung stagnan.

Faktanya pembelajaran berbasis proyek pada P5 cenderung diabaikan oleh guru.  Penyebabnya antara lain guru merasa tidak memiliki pengalaman dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Selain itu keterbatasan referensi, akses yang belum memadai dalam pembelajaran, manajemen waktu, dan kurangngnya skill.  Padahal, untuk melaksanakan merdeka belajar guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dengan melibatkan berbagai media atau model pembelajaran yang mendorong siswa.

Di SD Negeri 02 Temuireng, penerapan pembelajaran berbasis proyek pada profil penguatan pelajar Pancasila diwujudkan dalam kegiatan pembentukan karakter disiplin.  Proyek tersebut dilatarbelakangi oleh sebagian besar siswa kelas 1 yang memiliki kebiasaan tidak mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Padahal guru sudah memberikan banyak waktu dengan kriteria soal cukup mudah. Guru kemudian membuat proyek kedisiplinan yaitu dengan menjadi pengawal kedisiplinan di rumah.

Langkah awalnya adalah guru membuat kesepakatan dengan siswa mengenai kegiatan di rumah yang mampu menumbuhkan kedisiplinan. Misalnya kegiatan menyapu, mencuci piring, ataupun membersihkan kamar tidur tanpa bantuan dari orang tua. Tiap siswa memiliki kesepakatan yang berbeda disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang masing-masing siswa.  Selama pelaksanaan proyek, siswa wajib mendokumentasikan kegiatan tersebut dalam bentuk laporan atau foto kegiatan yang dikirim ke guru.

Selanjutnya, guru dan siswa membuat kesepakatan mengenai durasi waktu atau lama pengerjaan proyek, misalnya satu bulan. Setelah durasi proyek berakhir, guru dan siswa melakukan refleksi. Guru dan siswa menyebutkan temuan atau hal baru apa yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Sehingga antar siswa dapat saling bertukar pikir mengenai manfaat dari proyek yang dilakukan.

Melalui proyek sederhana ini, terjadi perubahan karakter pada siswa. Yaitu kedisiplinan mereka dalam kegiatan pembelajaran meningkat. Siswa tidak lagi malas mengerjakan soal dan mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. (*)