Oleh: Teguh Haryanto, S.Pd.
Guru SMP N 5 Pemalang
PADA pembelajaran matematika kelas IX A terdapat kompetensi dasar Menghitung Luas Selimut Tabung. Materi tersebut merupakan materi yang sulit bagi siswa. Terbukti dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan, ternyata dari 40 siswa sebanyak 25 siswa (62,5%) belum tuntas belajar.
Masalah yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika ini antara lain perhatian siswa yahng masih kurang fokus. Kemudian masih kurangnya pemahaman siswa dalam menghubungkan media benda konkrit dengan materi yang diajarkan. Selain itu, penjelasan guru kurang sepenuhnya diterima dan guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran.
Guru yang tidak menggunakan media secara maksimal, kurang memberikan contoh-contoh soal yang berhubungan dengan materi, dan tidak memberikan tugas juga menyebabkan siswa sulit memahami materi. Pembelajaran yang demikian itu apabila terus berlangsung tanpa adanya usaha perbaikan, jelas akan merugikan guru, siswa maupun kelas.
Berkaitan dengan masalah di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian tindakan kelas. Yakni dengan mengupayakan penguasaan konsep matematika agar prestasi belajar siswa meningkat. Strategi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Metode Demonstrasi. Alasan penggunaan metode tersebut adalah untuk memperoleh pengalaman langsung sebagai perbandingan teori dan praktik di lapangan.
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan proses tertentu.
Pada siklus pertama didapat banyaknya siswa yang mendapatkan nilai lebih dari KKM sebanyak 25 siswa, sedangkan 15 siswa kurang dari KKM. Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan guru menunjukkan, masih ada siswa yang belum aktif dalam pembelajaran, belum sepenuhnya memahami materi dan konsep yang diberikan guru. Selain itu siswa tidak berani bertanya dan kurang teliti dalam membaca soal.
Dari permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan tindakan pada siklus kedua, yakni apersepsi dipersiapkan dengan lebih maksimal. Dengan begitu, siswa bisa lebih siap mengikuti proses pembelajaran. Siswa juga diwajibkan membaca media benda konkrit sendiri, sedangkan guru memberikan waktu soal lebih bervariasi. Setelah itu guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa. Penelitian dilanjutkan pada siklus kedua.
Pada siklus kedua didapat banyaknya siswa yang mendapatkan nilai lebih dari KKM sebanyak 37 siswa, dan kurang dari KKM 3 siswa. Hasil analisis dan refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berjalan lancar. Hasil yang diperoleh juga memuaskan. Siswa lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Jadi, selama perbaikan pembelajaran matematika pra siklus, siklus pertama, sampai siklus kedua, terjadi peningkatan 55% secara klasikal. Peningkatan prestasi belajar siswa terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran penulis secara konsekuen melaksanakan aktivitas-aktivitas yang telah dipilih dengan tepat. Yakni dengan memanfaatkan media benda konkrit untuk pembelajaran dengan maksimal untuk perbaikan.
Hasil uraian tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk guru, sebelum mengajar buat lah persiapan yang matang serta metode yang relevan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Gunakan pula media pembelajaran, kemudian beri motivasi kepada siswa agar lebih teliti.
Untuk kepala sekolah, hendaknya mengadakan diskusi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan guru demi meningkatkan pembelajaran. Di samping itu juga selalu memberi motivasi kepada guru, agar tercipta suasana yang menyenangkan dalam melaksanakan tugas. Sedangkan untuk pemerintah atau lembaga, hendaknya melengkapi sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan. Selain itu, mempunyai komitmen yang tegas dan jelas dalam bidang pendidikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Perlu juga diadakan pelatihan-pelatihan secara resmi untuk meningkatkan kualitas guru. (*)