Tingkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Dengan Model Pair Check

Oleh: Murtoyo, S.Pd.SD.
Guru SDN 02 Lawangrejo, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang

MATEMATIKA merupakan salah satu disiplin ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, karena mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu lain. Supaya siswa mengalami proses pembelajaran  yang  efektif,  pendidik harus merancang pembelajaran  agar  siswa  terlibat  secara  aktif dalam  proses  belajar.

Cara yang dapat dilakukan guru antara lain dengan menggunakan metode, model, dan media yang tepat dan menarik. Bila aktivitas guru masih mendominasi dan jarang sekali adanya umpan balik dari peserta   didik, informasi   yang   didapatkan   hanya   sebatas kemampuan dari guru tersebut. Pembelajaran pun jadi monoton, dan peserta didik masih  kurang  memperhatikan   materi   yang   sedang diberikan. Guru perlu menggunakan media maupun model baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Di sisi lain, kemampuan siswa juga berbeda-beda dalam menangkap   pelajaran   yang   diberikan. Jadi, guru juga harus kreatif dalam  melakukan  pembelajaran untuk menarik  siswa agar lebih suka dengan pembelajaran yang akan diberikan. Hal tersebut akan berpengaruh pada  hasil  belajar siswa.

Salah  satu  model  pembelajaran  yang  tepat untuk  meningkatkan  hasil  belajar  matematika materi  Pecahan  pada  siswa  sekolah dasar  adalah dengan    menerapkan    model pair check (pasangan mengecek). Alasan model tersebut adalah langkah-langkah   pembelajarannya berpusat pada siswa, serta modelnya yang sederhana.

Menurut Herdian (dalam Shoimin, 2009:119) model pair check merupakan model pembelajaran dimana siswa saling berpasangan dan menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam model pembelajaran  kooperatif  tipe pair  check,  guru bertindak   sebagai   motivator   dan   fasilitator aktivitas  siswa. Penerapan model pembelajaran yang menarik dan memicu peserta didik untuk dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Yaitu model pembelajaran yang aktif dan inovatif. Dengan model pembelajaran ini, guru dapat melatih rasa sosial  siswa,  kerja  sama, dan kemampuan memberi penilaian.

Adapun langkah praktis pembelajaran ini yaitu pertama, bagilah siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat siswa. Kedua, bagi lagi kelompok-kelompok siswa tersebut menjadi berpasang-pasang. Jadi, akan ada partner A dan partner B pada kedua pasangan. Ketiga, berilah setiap pasangan sebuah LKS untuk dikerjakan. LKS terdiri dari beberapa soal atau permasalahan yang jumlahnya genap.

Keempat, berikan kesempatan pada partner A untuk mengerjaan soal nomor 1, sementara partner B mengamati, memberi motivasi, membimbing (bila diperlukan) partner A selama mengerjakan soal nomor 1. Kelima, bertukar peran. Partner B mengerjakan soal nomor 2, dan partner A mengamati, memberi motivasi, membimbing (bila diperlukan) partner B selama mengerjakan soal nomor 2.

Keenam, setelah 2 soal diselesaikan, pasangan tersebut mengecek hasil pekerjaan mereka berdua dengan pasangan lain yang satu kelompok dengan mereka. Ketujuh, setiap kelompok yang memperoleh kesepakatan (kesamaan pendapat/cara memecahkan masalah/menyelesaikan soal), maka akan memperoleh poin yang diberikan oleh guru. Akan tetapi jika ada kelompok yang tidak menemukan kesepakatan, maka guru dapat memberikan bimbingan kepada kelompok tersebut. Kedelapan, mengulangi langkah keempat, kelima, dan keenam lagi untuk menyelesaikan soal nomor 3. Demikian seterusnya sampai semua soal pada LKS selesai dikerjakan setiap kelompok. (*)