Oleh: Hetty Dwi Yuanix, S.Pd.SD
Guru SD N 03 Pesucen, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang
ILMU pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu ilmu yang diajarkan kepada siswa di sekolah dasar. Secara mendasar, IPS mengintegrasikan berbagai cabang ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Pada pembelajaran IPS di sekolah dasar, materi yang diberikan meliputi geografi dan sejarah. Yakni materi yang berkenan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
Pemilihan materi tersebut didasarkan pada tujuan utama pembelajaran IPS di sekolah dasar. Yaitu untuk mengembangkan potensi siswa, agar mampu mengatasi masalah sosial yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa diri sendiri maupun masyarakat.
Menurut Trianto, tujuan utama IPS yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Kemudian, memiliki sikap mental positif terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Lalu, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari.
Materi sejarah dan geografi dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar menitikberatkan pada materi sejarah dan geografi yang berkaitan dengan kejadian-kejadian. Sehingga banyak terdapat nama-nama tokoh, nama-nama tempat bersejarah, waktu kejadian, dan peristiwa penting yang harus diingat atau dihafalkan siswa.
Kegiatan dan materi pembelajaran semacam ini seringkali membuat siswa merasa mata pelajaran IPS sulit untuk dipelajari. Mereka menjadi kurang tertarik untuk mempelajari materi materi pelajaran IPS. Siswa juga merasa bosan dan kurang antusias, sehingga menyebabkan rasa ingin tahu siswa juga menjadi kurang. Pada kondisi ini siswa kurang mampu menghafal dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Kondisi pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah selama ini kurang efektif karena tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Guru harus menyadari bahwa kondisi tersebut tidak boleh dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja, karena dapat menimbulkan permasalahan yang lebih besar.
Guru harus mempunyai upaya perbaikan terhadap kondisi tersebut. Salah catu cara yang dapat dijadikan teknik mengajar guru yaitu dengan model pembelajaran Vantiq, yaitu kepanjangan dari model value clarification technique. Model tersebut memiliki arti tipe percontohan sebagai alternatif tindakan untuk pemecahan masalah.
Vantiq adalah model pembelajaran yang melibatkan dan mengikutsertakan perasaan siswa. Melalui tayangan video, siswa difasilitasi agar mampu menggambarkan dan seolah-olah ikut mengalami kejadian atau peristiwa sejarah masa lampau.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode ini pertama, mencari atau membuat stimulus berupa contoh keadaan atau perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema. Guru merakitnya dalam bentuk cerita yang mampu menyeret perasaan kejiwaan anak dan menyentuh hati nurani. Kedua, melontarkan stimulus melalui pembacaan oleh guru, dan memberikan kesempatan beberapa saat anak berdialog sendiri atau dengan sesama. Kemudian melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru. Ketiga, menentukan argumen dan dan klarifikasi pendirian, kemudian pembahasan argumen bersama-sama. Selanjutnya, yang terakhir menyimpulkan.
Langkah-langkah diatas dapat disesuiakan dengan mata pelajaran serta kondisi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Semoga dengan model Vantiq ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta peningkatan karakter siswa. Selain itu juga dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu siswa pada mata pelajaran IPS. (*)