Oleh: Hetty Dwi Yuanix, S.Pd.SD
Guru SDN 03 Pesucen, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang
PEMBELAJARAN merupakan suatu proses komunikasi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Faktor yang menentukan di antaranya adalah pengajar atau guru , metode pembelajaran, dan faktor lingkungan. Keberhasilan pembelajaran ditujukan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Pada umumnya, dinyatakan dengan nilai yang diperoleh.
Profesionalisme guru dalam melakukan pembelajaran perlu ditingkatkan. Hal tersebut sangat diperlukan, yakni berangkat dari rendahnya prestasi dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika. Pada perkembangan hingga saat ini, siswa yang dapat mengerjakan soal matematika dengan pemahaman, hingga mencapai makna masih tergolong sangat sedikit. Bahkan mata pelajaran matematika masih sulit diterapkan atau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi anak-anak (Rachmiazasi, 2009).
Beberapa permasalahan muncul dalam proses pembelajaran matematika di berbagai tingkatan sekolah. Permasalahan tersebut terkait dengan karekteristik matematika, yakni objeknya yang abstrak, serta konsep dan prinsipnya berjenjang. Selain itu prosedur pengerjaannya banyak memanipulasi bentuk-bentuk yang membuat siswa seringkali mengalami kesulitan. Objek tersebut tidak semuanya bisa divisualisasikan dalam tiga dimensi yang bisa diindera dengan baik oleh siswa.
Pada siswa sekolah dasar, mata pelajaran matematika masih sulit diterima oleh sebagian besar siswa. Hal ini menuntut penggunaan peraga yang tepat, yang mampu membantu siswa memahami konsep yang diajarkan. Kemudian mampu mengatasi keberagaman kecepatan belajar dan gaya belajar siswa, serta mengatasi keterbatasan yang ada pada guru (Muhtarom dan Indiati, 2010).
Guru perlu merubah atau mengembangkan strategi pembelajaran yang selama ini digunakan. Alternatif pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan media pembelajaran menggunakan compact disc (CD) interaktif serta strategi cooperative learning cooperative learning. Yakni menggunakan model think pair and share yang berarti pembelajaran dilakukan dengan saling bekerja sama dan berinteraksi secara berpasangan. Tujuannya untuk berpikir menyelesaikan tugas yang terdapat dalam CD interaktif.
Model pembelajaran tersebut, didefinisikan oleh Lie (2002) sebagai pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Fakta menunjukkan, sebelum pembelajaran cooperative learning pemahaman siswa pada kompetensi dasar dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan masih belum maksimal. Terbukti dari adanya siswa yang belum tuntas dalam belajar. Dengan demikian, perlu dilakukan pendekatan metode belajar dengan menggunakan cooperative learning.
Pembelajaran cooperative learning dengan menggunakan CD interaktif mampu meningkatkan keberhasilan siswa pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil deskriptif, menunjukkan sebelum menggunakan pembelajaran cooperative learning think pair and share, tingkat ketuntasan siswa adalah sebesar 71,4 persen. Sedangkan siswa yang tidak tuntas dalam belajar mata pelajaran matematika sebesar 28,6 persen.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menyampaikan materi masih belum optimal. Nilai tertinggi yang mampu diraih oleh siswa adalah pada nilai 90 pada satu siswa, dan masih ada nilai yang terendah yaitu 35 pada satu siswa. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning think pair and share dengan media CD interaktif mempunyai dampak yang positif. (*)