Oleh: Hetty Dwi Yuanix, S.Pd.SD
Guru SD N 03 Pesucen, Kec. Petarukan Kab. Pemalang
KURIKULUM 2013 telah melaksanakan pembelajaran tematik terpadu yang memadukan dan mengintegrasikan beberapa materi mata pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan. Kemendikbud (2014: 26) mengatakan, bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata siswa. Sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagai siswa.
Pembelajaran tematik dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas Pendidikan. Di samping itu, pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek pembelajaran.
Guru pada era globalisasi ini haruslah lebih aktif dan kreatif menerima perubahan. Pengembangan bahan ajar pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific. Sebagaimana yang telah dikemukan Penerapan kurikulum 2013, guru beranggapan bahwa buku guru dan buku siswa merupakan satu-satunya buku yang menjadi pedoman. Padahal dalam buku guru maupun buku siswa, cakupan materi dalam bahan ajar tersebut masih sedikit.
Bahan ajar yang dimiliki guru kurang mengajak siswa untuk memecahkan masalah yang terjadi di sekitarnya. Siswa kurang mampu berpikir kritis, menganalisis, mencari solusi dari permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Pada umumnya bahan ajar tidak dirancang oleh guru. Akan tetapi guru terlalu mengandalkan penggunaan buku guru dan buku siswa yang telah diberikan pemerintah tanpa menganalisis.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan, perlu dilakukan pengembangan bahan ajar tematik terpadu secara efektif dan kreatif. Selain itu, juga diperlukan orientasi pada model pembelajaran yang berbasis masalah. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pola dan langkah yang jelas serta terpadu dalam pengembangan bahan ajar tematik yang akan dilakukan.
Kesesuaian antara masalah dengan model pembelajaran yang akan dipilih sangat perlu diperhatikan. Agar lebih terarah dalam penggunaannya, bahan ajar yang dikembangkan hendaknya menggunakan model yang sesuai dengan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tersebut, dalam kurikulum 2013 mempunyai tiga model pembelajaran yang disarankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Yaitu problem based learning (PBL), project based learning (PjBL), dan discovery learning (DL).
Penggunaan model pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Dengan begitu, guru dapat dengan mudah mengatur langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa. Peran guru sangat diutamakan dalam merancang dan mengembangkan bahan ajar sesuai dengan model pembelajaran yang dapat mendukung secara optimal.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah PBL. Kunandar (2011: 360) menyatakan, bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan, dan konsep yang esensial.
Pada dasarnya, bahan ajar dibutuhkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Bahan ajar pembelajaran harus dirancang dan disusun sedemikian rupa agar dapat digunakan oleh guru maupun siswa. Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Selain itu, juga memungkinkan siswa untuk belajar menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai dalam pembelajaran. (*)