Oleh: Ahmad Fauzan Mutaqin, S.Ag., M.Pd.I.
Guru SMP Negeri 1 Bantarbolang
MANUSIA cenderung berperilaku selalu mengikuti hawa nafsunya. Maka untuk bisa meredam gejolak hawa yang senantiasa menggelayut di hati dan pikiran, manusia harus menanamkan sikap dan mental ketaatan kepada norma. Salah satunya adalah dengan menjalani puasa.
Puasa di bulan Ramadan mengajarkan kita untuk disiplin dalam mengendalikan hawa nafsu. Amalan ini juga dapat digunakan sebagai sarana membangun budaya disiplin. Makna nilai-nilai tersebut adalah yang pertama, disiplin dalam mentaati hukum Allah. Yaitu mentaati semua larangan dan menjalankan perintah. Pada saat puasa ramadan kita biasanya lebih giat dalam menjalankan perintah.
Kedua, disiplin mengelola diri. Dengan puasa kita harus menahan amarah, gibah atau perbuatan perbuatan lain yang biasa dilakuan. Maka ketika sedang puasa harus bisa mengelola diri agar puasa yang dijalankan menjadi sempurna. Tidak dirusak oleh perbuatan perbuatan yang yang menyebabkan rusaknya pahala.
Ketiga, disiplin membiasakan diri dalam beribadah. Ibadah yang dilalukan selama bulan puasa tetapa berlanjut dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari, meskipun tidak pada bulan suci ramadan. Disiplin menjalankan ibadah ini jika telah menjadi kebiasaan, maka akan menumbuhkan kesadaran untuk selalu dekat kepada Allah.
Budaya kedisiplinan dalam puasa, dapat diterapkan pada anak-anak dengan melatih disiplin untuk mereka sejak dini. Mendidik anak sejak dini diharapkan akan membangun karakter anak dalam berdisiplin. Keinginan anak berpuasa sejak dini yang didukung oleh orang tua dapat menumbuhkan kesadaran untuk melakukan ibadah lainnya juga.
Berpuasa adalah suatu aktivitas untuk membentengi diri dari perbuatan fisik maupun psikis dari segala bentu emosi dan amarah. Dengan melatih ini, maka orang tua dapat membina, mengarahkan dan membiasakan anak supaya mampu mengendalikan diri dari segala godaan hawa nafsu dan keinginan sejak dini. Anak pada dasarnya lahir dalam keadaan suci (fitrah). Maka orang tua lah yang yang memelihara dan menumbuhkembangkan fitrah agar menjadi baik. Puasa sebagai sarana untuk membangun budaya disiplin harus dimulai sejak dini agar menjadi terbiasa dari kecil. Justru dari sini lah budaya disiplin melalui puasa diberikan kepada anak anak agar menjadi terbiasa.
Membiasakan anak untuk berpuasa ramadhan memiliki keterkaitaan dengan pembentukan karakter. Disamping mengenalkan nilai-nilai Islam, anak juga dilatih untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan puasa, anak akan terlatih untuk menahan diri. Sehingga ke depan akan bisa mengendalikan diri.
Di samping itu, anak akan dilatih kesabaran, peduli sesama, rajin beribadah, disiplin dan meneladani sifat-sifat Allah pada diri manusia. Anak-anak mempunyai kepekaan terhadap lingkungan, karena salah satu hikmah puasa adalah penanaman solidaritas sosial dengan berbuat baik sebanyak mungkin. Keistimewaan puasa terletak pada keterlibatan semua aspek yang pada diri manusia, baik dari aspek jasmaniah, rohaniah, emosional dan aspek spriritual.
Dilihat dari aspek ini, maka melaksanakan ibadah puasa sangat erat kaitanya dengan pendidikan karakter. Pendidikan ini pada prinsipnya mengembangkan segala potensi diri. Puasa merupakan latihan rohani bagi masyarakat muslim. Dengan puasa, mereka bisa menjauhi hawa nafsu untuk menuju kebajikan sehingga dapat melaksanakan kehidupan dengan aman dan tentram.
Puasa mengajarkan untuk memperjuangkan dalam mencapai ketakwaan. Untuk proses tersebut, puasa telah mengajarkan kita membiasakan diri berdisiplin yang diharapkan akan berlanjut sampai di luar bulan puasa. Penanaman nilai ini dapat berlangsung melalui kontrol diri dari orang yang berpuasa, dan menyakini bahwa Allah akan selalu mengawasi kita. (*)