Oleh: Chasanatul Munawaroh, S.Pd. SD.
Guru SDN Donorejo 1, Kec. Karangtengah, Kab. Demak
MUATAN pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah bidang yang menuntut siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah. Jadi siswa tidak hanya memberikan jawaban pertanyaan yang bersifat hafalan. Namun, fakta yang sebaliknya terjadi, ditemukan kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPS, terutama pada kompetensi dasar membaca dan memahami IPS.
Kenampakan perilaku siswa pada saat proses pembelajaran terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa melakukan aktivitas yang kurang relevan dengan pembelajaran. Seperti bermain sendiri, dan berbicara dengan teman pada saat pembelajaran sedang dilangsungkan. Tentu saja hal ini mempengaruhi hasil belajar yang ditunjukkan dari ketidaktuntasan hasil belajar.
Kemungkinan penyebab dari kondisi di atas adalah metode pembelajaran yang dilakukan guru monoton atau kurang bervariasi. Guru lebih banyak menggunakan motode pembelajaran yang konvensional, yakni ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Maka guru sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang lebih dinamis, agar menarik antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, penggunaan instrumen pembelajaran seperti lembar kerja siswa tidak dibuat oleh guru sendiri. Melainkan menggunakan LKS yang sudah ada di pasaran, sehingga terkadang kurang dapat mengukur kompetensi siswa itu sendiri. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, yaitu menggunakan metode buzz group.
Yakni cara pembahasan suatu masalah yang dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok kecil antara empat sampai lima orang. Mereka membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasan oleh setiap juru bicara kelompok besar/kelas.
Metode buzz group adalah suatu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan tiga sampai enam orang yang bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumnya telah dibicarakan secara klasikal (Hariyanto, 2015: 82). Metode ini merupakan jenis dari kegiatan diskusi dengan menetapkan setiap anggota kelompok besar dan pemimpin kelompok. Selanjutnya, berkumpul dalam kelompok kecil untuk berdiskusi. Setelah itu, kembali lagi ke kelompok besar yang selanjutnya menyampaikan gagasan yang muncul di dalam kelompok. Kemudian, guru meminta setiap kelompok untuk aktif ikut serta menyampaikan hasil diskusi di kelas.
Adapun penggunaan metode buzz group agar berhasil dengan efektif, maka guru perlu membagi siswa sesuai peranannya. Antara lain sebagai pemimpin, anggota kelompok, dan penulis. Guru juga menjelaskan tugas masing-masing siswa. Setelah mengkoordinasikan kelompok, guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi.
Selanjutnya, guru mengarahkan diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan atau menyimpan isi diskusi. Tahap berikutnya, guru memonitor antar aksi diskusi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa dan menanggapi gagasan. Sebelum mengakhiri diskusi, guru meminta siswa merangkum dan mengungkapkan makna diskusi yang telah diselenggarakan siswa. Sebagai bentuk penguatan, guru melakukan tanya jawab singkat tentang materi yang telah dipelajari.
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Adapun kelebihan dari metode buzz group, antara lain mendorong siswa untuk memberikan sumbangan pemikiran melalui diskusi kelompok. Metode ini dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, menghemat waktu, serta membagi tugas kepemimpinan untuk mengatur semua anggota kelompok. Sebaliknya, buzz group juga memiliki kelemahan. Di antarnya, memiliki kemungkinan tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri dari individu-individu yang tidak tahu apa-apa dan kemungkinan jalannya diskusi akan berputar-putar. (*)