Oleh: Edi Supriyono, S.Pd.SD
Guru SDN 2 Garung Kidul, Kec. Kaliwungu, Kab. Kudus
ILMU pengetahuan alam (IPA) pada tingkat pendidikan sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dipelajari. Temuan Sliming (dalam Wahidin, 2006), kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa hanya menghapal informasi dan kurang mampu menggunakan informasi tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan informasi yang telah dimilikinya
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan science, technology, engineering, dan math (STEM) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran pada kemampuan literasi sains siswa. Metode yang satu ini digunakan untuk memberi relevansi lebih besar pada mata pelajaran IPA di tingkat sekolah dasar, karena akan membahas dunia dan masalah nyata bagi siswa dan masyarakat.
Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi topik yang disajikan melalui media LCD untuk diinvestigasi. Kemudian siswa mengamati sumber permasalahan yang telah ditentukan oleh guru. Kegiatan selanjutnya adalah pembentukan kelompok yang dibimbing oleh guru. Jumlah anggota masing-masing kelompok antara empat sampai lima orang, berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
Kedua, tahap bertukar pikiran. Pada tahap ini siswa bersama-sama dengan bimbingan guru mencari tahu tentang sebab hal tersebut terjadi, cara menyikapinya. Kemudian menentukan orang yang akan menjalankan suatu tugas, dan tujuan menyelidiki topik.
Ketiga, tahap desain. Yaitu tahap siswa membuat proyek investigasi dimana siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data. Kemudian membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Yakni tentang cara membuat kecambah yang memiliki kualitas baik dan bagus.
Keempat, tahap membangun (construct). Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan kelompok adalah menentukan bahan bahan apa saja yang diperlukan. Kemudian menentukan biaya yang dikeluarkan untuk merencanakan proyek mereka. Siswa dapat belajar dari proyek yang dikerjakan oleh siswa yang lainya. Siswa bertukar pikiran sesama anggota kelompok untuk menentukan pokok-pokok informasi yang diperoleh dari hasil penyelidikan yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Kelima, tahap tes evaluasi dan desain ulang. Yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian. Kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Semua proyek itu akan diamati selama 5 hari kedepan dan tiap hari siswa diharuskan untuk mengukur tinggi kecambah yang terjadi pada masing- masing variabel tersebut.
Keenam, tahap berbagi solusi. yakni siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topik pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya. Lalu guru dan siswa mengkolaborasi, dan mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Penggunaan metode pembelajaran berbasis STEM dapat menjembatani kemampuan yang diperoleh anak dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran dengan metode pembelajarannya melibatkan akitivitas pemecahan masalah otentik dalam konteks sosial, kultural, dan fungsional.
Pembelajaran sains berbasis STEM memberi pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi siswa. Ada perbedaan signifikan antara pembelajaran sains berbasis STEM dengan pembelajaran sains berbasis demontrasi terhadap kemampuan komunikasi siswa.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis STEM yang di antaranya adalah penggunaan waktu yang banyak. Kemudian pengintegrasian antara kompetensi dasar mata pelajaran IPA dan kompetensi dasar matematika membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Selain itu, pengarsipan hasil projek siswa yang kurang terfasilitasi. Lalu masih minimnya keinginan guru dalam mengembangkan model pembelajaran. Yakni ketika diajak untuk menerapkan dan untuk berdiskusi serta diminta masukan dalam mengembangkan model lebih lanjut. (*)