Oleh: Ivandha Adhi Putra, S.Pd
Guru SMA N 1 Karangnongko Klaten
DALAM pembelajaran sastra, khususnya keterampilan menulis, siswa diharapkan dapat menulis teks dalam bentuk cerita pendek (cerpen). Karya tersebut dapat dibuat berdasarkan pengalaman batin siswa maupun orang lain. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan siswa semakin luas, sehingga terbentuk sikap posistif untuk menghadapi norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Pada kenyataannya, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen, guru sering menemukan beberapa permasalahan. Siswa kurang berminat dan kurang serius dalam mengikuti pelajaran. Mereka merasa kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar siswa belum maksimal.
Peneliti menemukan faktor-faktor penghambat yang teridentifikasi dalam pembelajaran menulis cerpen, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Banyak siswa yang beranggapan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan. Sehingga mereka kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran.
Siswa menganggap pelajaran sastra khususnya menulis cerpen sulit diikuti dan membosankan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi, sulitnya menuangkan ide dan gagasan, dan kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari guru. Yakni kurangnya kemampuan keterampilan menulis cerpen yang disebabkan karena strategi belajar dan mengajar digunakan kurang optimal.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap beberapa guru Bahasa Indonesia, penyebab belum tercapainya tujuan pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek disebebkan karena beberapa hal. Petama, rendahnya kompetensi guru dalam membimbing siswa dalam materi Keterampilan Menulis Cerpen. Kedua, para guru belum menemukan model pembelajaran yang tepat. Ketiga, rata-rata mereka masih menggunakan cara konvensional dan hanya mengajarkan teori, sehingga pratik menulis menjadi terabaikan dan pengajaran kurang menarik.
Sedangkan, masalah utama pada siswa adalah tidak berbakat, tidak mempunyai inspirasi, tidak senang karena tidak biasa, dan dianggap pekerjaan yang sangat sulit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru harus memilih strategi pembelajaran yang tepat. Salah satunya dengan cara menerapkan metode Sugestopedia. Metode ini dikembangkan untuk menolong para siswa menghilangkan perasaan bahwa mereka akan gagal. Dengan demikian, membantu mereka mengurangi rintangan dan berbagai hambatan dalam pembelajaran.
Siswa tidak hanya belajar dari pengaruh pengajar langsung, tetapi juga dari lingkungan tempat belajar. Dekorasi kelas yang ceria, latar belakang musik, bentuk pengaturan kursi, sangat membantu serta dapat menimbulkan suasana sikap santai. Semua itu merupakan sumber ganda yang turut meningkatkan dan memantapkan hasil pengajaran yang diinginkan oleh pengajar/guru dengan siswa.
Penggunakan metode Sugestopedia ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek, serta dapat merubah perilaku siswa ke arah yang positif. Selain itu juga bisa merangsang kemampuan siswa agar terampil dalam menulis cerpen. Karena metode ini dapat menciptakan suasana sugestif, ruang kelas yang menarik/atraktif, serta membuat guru tetap tampil dengan kepribadian yang dinamis. Siswa juga dapat selalu siap siaga, merasa nyaman, dan santai dalam mengikuti pembelajaran.
Guru dapat memaksimalkan pembelajaran keterampilan menulis melalui metode Sugestopedia. Sebab metode tersebut sangat cocok serta efektif, dan dapat memberikan perasaan nyaman saat diterapkan dalam pembelajaran. Siswa mudah untuk berkonsentrasi dalam menciptakan ide atau gagasan. Sehingga dapat mempercepat proses pembelajaran keterampilan menulisnya. Selain itu, juga dapat bermanfaat dan bermakna bagi kehidupan orang lain. (*)