Oleh: Misdati Ulfah, S.Pd.I.
Guru PAI SDN 1 Mijen, Kec. Kaliwungu, Kab. Kudus
METODE pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) selama ini masih didominasi metode ceramah. Metode tersebut masih sering digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran, karena metode tersebut dianggap paling sederhana dan hanya menyampaikan informasi. Metode tersebut sering membuat bosan peserta didik. Apalagi bila diterapkan pada anak seusia sekolah dasar.
Siswa usia SD masih tergolong gemar bermain. Maka, keinginan untuk bermain tersebut harus diupayakan dan diarahkan. Artinya walaupun sambil bermain, mereka tetap belajar. Hal ini perlu diterapkan pada anak didik agar dalam pembelajaran lebih fokus. Belajar sambil bermain ini akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi anak didik.
Tetapi, pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran PAI metode yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ceramah. Peserta didik hanya mendengarkan materi saja. Apalagi kondisi peserta didik dalam belajar PAI kurang termotivasi. Akhirnya banyak masalah yang muncul ketika proses pembelajaran pada peserta didik.
Masalah yang adalah kurangnya semangat dalam melaksanankan tugas guru, kurang fokus dalam menerima pelajaran. Kemudian kurang mampu dalam menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, kurang dalam belajar kerja sama, dan kurang berani bertanya. Selain itu, juga kurang berani dalam berargumentasi. Dengan begitu, kompetensi yang diharapkan belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Harapan guru PAI adalah peserta didik mampu memahami dan mengamalkan ilmu agama yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, guru mencari solusi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT (teams group tournament). Diharapkan model ini mampu memotivasi peseta didik dalam menerima materi pembelajaran. TGT atau pertandingan permainan tim merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin yang dikutip oleh Buchari Alma (2009:81), model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dan kerja sama yang baik. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
Pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran PAI Perlu diterapkan, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar, meningkatkan aktivitas peserta didik. Juga menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang peserta didik di sekolah, karena pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mengandung unsur permainan.
Tahapan aktivitas model pembelajaran TGT menurut Slavin (2008) yaitu persiapan, presentasi kelas, belajar kelompok, permainan/pertandingan (game/tournament), dan rekognisi tim atau penghargaan tim. Dalam TGT, siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Setelah dilaksanakan pembelajaran PAI dengan model TGT, motivasi belajar siswa menggunakan model TGT berhasil. Motivasi dan hasil belajar peserta didik meningkat. Dibuktikan dengan mereka bebas mengaktualisasi diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik dapat keluar. Interaksi pembelajaran kelas menjadi hidup, bosan dan jenuh sudah berganti menjadi lebih menyenangkan saat peserta didik menerima pelajaran. (*)