Literasi Asyik dengan Diagram Venn

Oleh: Sari Warni Indah, S.Pd
Guru Bahasa Inggris, SMK Negeri 1 Demak

MINAT baca masyarakat Indonesia pada umumnya dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Hasil analisa riset UNESCO menyatakan, bahwa minat baca masyarakat Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah, yaitu hanya 0,001%. Yang mana berarti dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Dengan kata lain, minat baca masyarakat  Indonesia sangat rendah.

Oleh karena itu, sebagai tenaga pendidik hendaknya kita mulai memberikan perhatian lebih terhadap hal tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mulai membiasakan peserta didik dengan kegiatan literasi di kelas dan pada jam pelajaran masing-masing sekitar 10-15 menit. Apalagi sebagai guru mata pelajaran bahasa terutama bahasa Inggris, dimana dalam mempelajari dan menguasai bahasa ini harus mencakup empat keterampilan dasar. Di antaranya listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis). Reading yang merupakan salah satu komponen pokok yang harus dikuasai, dan sering dijadikan patokan dalam penilaian kemampuan berbahasa seseorang.

Ada beberapa teknik reading yang dapat diajarkan kepada peserta didik. Di antaranya adalah skimming, scanning, intensive reading, dan extensive reading. Dalam penerapan teknik yang akan digunakan harus memperhatikan reading level understanding yang dimulai dari LOTs (lower order thinking skills), MOTs (middle order thinking skills), dan HOTs (high order thinking skills). Penerapnnya empat teknik tersebut nantinya dilakukan dengan cara bertahap.

Teknik reading yang tepat dapat dilakukan untuk memulai pembiasaan literasi, yaitu dengan penerapan intensive reading. Dimana nantinya akan mengacu ke reading comprehension dan penggunaan diagram venn sebagai salah satu medianya. Pengajaran reading comprehension dapat diawali dengan literal comprehension, untuk membantu peserta didik dapat lebih memahami teks yang sedang dibaca. Tujuannya agar lebih mudah dipahami yang mana nantinya akan meningkat ke inferential comprehention, atau bahkan sampai level appreciation sesuai dengan Barret’s Taxomony of reading comprehension.

Keberadaan diagram venn disini adalah sebagai media untuk peserta didik agar mempermudah dalam memahami teks. Terutama untuk membandingkan beberapa teks dengan menemukan persamaan dan perbedaan masing-masing teks. Sehingga lebih memudahkan peserta didik untuk lebih memahami isi dari teks tersebut. Peserta didik disuguhkan dua teks yang berbeda, namun masih dalam kategori jenis teks yang sama. Kemudian diminta untuk melakukan silent reading dan berkelompok. Setelah itu menganalisa persamaan dan perbedaan dalam kedua teks tersebut yang disajikan dalam format diagram venn. Selanjutnya, memaparkan hasil pengamatan yang telah dilakukan melalui analisis teks tadi.

Penerapan metode tersebut lebih mempermudah peserta didik untuk memahami konteks dari kegiatan literasi yang telah dilakukan. Sehingga informasi yang disuguhkan dalam teks tersebut akan lebih mudah untuk dipahami. Peserta didik juga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan kegiatan literasi yang telah dilakukan, baik informasi yang tersirat ataupun informasi tersurat. Di samping itu, siswa akan lebih mampu menceritakan kembali isi dari teks yang telah dibaca dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Ada berbagai metode dan teknik yang dapat dilakukan, yang intinya akan memunculkan pembiasaan baru dalam kegiatan literasi. Hal tersebut harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan level pemahaman peserta didik dan dibuat senyaman dan semenyenangkan mungkin. Dengan begitu, peserta didik dapat lebih tertarik dan merasa tertantang. Kemudian secara bertahap kemampuannya pun akan meningkat. Lakukan kegiatan literasi yang menyenangkan dengan mengkat topik-topik yang relevan dengan kondisi saat ini. Sehingga, nantinya akan mampu memancing minat baca peserta didik. (*)