Oleh: Nanik Suwarni, S.Pd.SD
Guru SD Negeri Sedo 2, Kec. Demak, Kab. Demak
MATEMATIKA merupakan ilmu abstrak, yang berisikan model-model yang mampu digunakan untuk mengatasi persoalan persoalan nyata. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan, yang dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada di fase operasional konkret. Kemampuan yang terlihat di fase ini ialah pada tahap berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika. Meskipun masih terikat dengan objek konkret yang mampu diraih panca indra.
Siswa yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini, seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong, sehingga akan berkembang secara optimal. Peserta didik seharusnya diarahkan untuk mencapai kemampuan berfikir kreatif dan kemandirian belajar melalui aktivitas matematika.
Menuruth Soleh, Abidin, dan Ariati, metode jarimatika adalah salah satu metode alternatif untuk belajar berhitung. Yakni diajarkan dengan menggunakan sarana jari-jari tangan. Faktor eksternal penting untuk mengembangkan prestasi belajar siswa. Berhitung menggunakan metode jarimatika mudah dipelajari, juga menggembirakan untuk siswa.
Jarimatika memberikan visualisasi tahap berhitung. Metode ini mungkin bersifat primitive, akan tetapi metode ini mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Selain itu, metode ini cukup menarik, praktis, sederhana, dan ekonomis, karena hanya menggunakan sepuluh jari tangan kita. Langkah-langkah metode jarimatika adalah, pertama-tama, menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan.
Kemudian, ajaklah anak-anak untuk bergembira, misalnya dengan bernyanyi bersama. Setelah itu mengenalkan lambang-lambang yag digunakan di dalam jarimatika. Di awali dengan tangan kanan yang menunjukkan satuan 1-9 dan tangan kiri yang menunjukkan puluhan 10-90. Setelah itu, ajaklah anak untuk selalu bergembira dan berusaha untuk menghafal lambang bilangan. Lalu, mendemostrasikan formasi jari tangan yang menunjukkan angka-angka tersebut, dan mempraktekkan operasi kata baku.
Kegiatan yang dilakukan dalam berhitung pada anak dengan cara mengurutkan bilangan. Aktivitas tersebut bertujuan untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berhitung merupakan dasar dalam pengembangan kemampuan matematika untuk kesiapan mengikuti pendidikan dasar bagi siswa (Khadijah 2016 : 143).
Perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubung dengan jumlah dan pengurangan (Susanto, 2011 : 98). Kemampuan yang dimiliki siswa sangat beragam dalam berhitung, sesuai dengan kemauan dan tingkat tangkap berpikir cepat. Dilihat perkembangan yang ada, siswa dalam belajar penjumlahan lebih condong dengan metode jari dan mulut. Ketika bilangan di-save di mulut, dan satunya dijari siswa.
Cara tersebut lebih cepat ditangkap dan lebih cepat untuk menghitung. Berbeda halnya jika siswa belajar berhitung dengan alat suda, karena kurang dapat dicerna. Keunggulan metode jarimatika adalah dapat memberikan visualisai proses berhitung, serta dapat melatih menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Kemudian, dengan gerakan jari-jari tangan, akan menarik minat anak. Jarimatika juga relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan. Selain itu, alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan perna ketinggalan, atau terlupa dimana menyimpannya. (*)