KUDUS, Joglo Jateng – Guna mengetahui sejauh mana perilaku masyarakat setempat dalam mengantisipasi terjadinya bencana di Pegunungan Muria, para peneliti Muria Research Center (MRC) lakukan studi penelitian terkait mitigasi bencana berdasarkan kearifan lokal di kawasan muria. Penelitian tersebut dilakukan sejak bulan Mei hingga bulan Oktober lalu.
Ketua tim peneliti MRC Mochamad Widjanarko menjelaskan, studi penelitian terkait mitigasi bencana berdasarkan kearifan lokal di kawasan muria tersebut dilakukan di tujuh desa Kabupaten Kudus yang terletak di pinggiran hutan muria. Dengan tujuan untuk menggali data dan dokumentasi terkait perilaku kearifan lokal mereka.
“Tujuh desa yang diteliti ialah Desa Ternadi, Kajar, Colo, Japan, Rahtawu, Soco dan Menawan. Perilaku kearifan lokal masyarakat di desa-desa tersebut itu gimana terkait mitigasi bencana, itu yang kita teliti,” terangnya.
Ia menyebutkan, salah satu contohnya ialah Desa Colo. Desa Colo merupakan desa yang rawan bencana berdasar riwayat bencananya, seperti tanah longsor pada tahun 1952 dan 2022, serta kebakaran hutan di tahun 2000. Sementara itu, terdapat beberapa perilaku mitigasi bencana yang dijumpai dalam penelitian tersebut.
“Perilaku mitigasi bencana yang ditemukan diantaranya meliputi sedekah bumi, budaya barikan, dan wiwit kopi. Perilaku itu terimplementasi dalam pengetahuan, keyakinan, wawasan, adat istiadat, dan etika,” jelasnya.
Ia menjelaskan lebih lanjut, misalnya dengan adanya sedekah bumi. Sedekah bumi tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat bahwa hidup di bumi harus dapat bersinergi dengan makhluk lain untuk mencapai sistem ekonomi yang baik. Wiwit Kopi juga dapat mengajarkan masyarakat untuk peduli dan mencintai lingkungan.
“Saya harap dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat lebih perhatian terhadap kearifan-kearifan lokal yang ada. Dan juga dapat melestarikan alam, serta mencegah terjadinya bencana alam,” paparnya. (cr1/fat)