Oleh: Eko Wiyono, S.Pd. SD
Guru SD Negeri Pilangsari 2, Kec. Gesi, Kab. Sragen
DALAM proses pembelajaran IPA, seorang guru harus kreatif menggunakan metode yang inovatif, variatif dan tepat. Sehingga dapat merangsang minat dan motivasi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun sering kali terjadi verbalisme. Yakni guru menyampaikan materi pelajaran hanya dengan penjelasan dan penuturan secara lisan. Minimnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, banyak yang tidak memperhatikan guru, bosan, malas bahkan bersikap apatis terhadap guru. menunjukkan motivasi siswa belajar IPA rendah.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis sebagai guru kelas VI SD Negeri Pilangsari 2 Kec. Gesi Kab. Sragen dalam pembelajaran IPA menerapkan metode HAHU yang merupakan akronim dari Hadiah dan Hukuman (Reward and Punishment). Menurut Jasa Ungguh (2016) HAHU adalah metode pembelajaran interaktif antara guru dan siswa yang menerapkan sistem pemberian hadiah bagi siswa yang aktif dan benar dalam menjawab soal latihan. Lalu sebaliknya, memberikan hukuman bagi siswa yang tidak aktif atau tidak benar dalam menjawab soal.
Pemberian hadiah dijadikan sebagai motivasi siswa agar setiap usaha yang dilakukan dapat mengarah pada respon positif serta perilaku yang benar dalam pembelajaran. Hadiah diberikan dalam bentuk pujian (verbal dan non verbal), penghormatan (pemberian penobatan), hadiah (pemberian alat tulis), dan tanda penghargaan (pemberian stiker).
Menurut Sardiman (Ernata, 2017), hadiah dibedakan menjadi tiga macam, yakni pemberian angka atau nilai, sebuah barang, maupun pujian. Hal tersebut akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar, sekaligus akan membangkitkan harga diri siswa sehingga prestasi belajar akan meningkat.
Sedangkan pemberian hukuman (punishment) dilaksanakan untuk melemahkan atau menghilangkan respon atau perilaku siswa yang dipandang menyimpang. Kemudian memberikan efek jera agar tidak melakukan kesalahan dalam belajar, dan tidak terjerumus kedalam hal yang negative, sehingga tidak kembali mengulangi kesalahannya. Hukuman harus bersifat mendidik berupa punishment preventif (pemberian tata tertib) serta punishment represif (pemberian sanksi/tugas).
Penerapan HAHU harus dilaksanakan secara seimbang dan proporsional. Tidak memberikan hukuman yang bersifat amarah yang dapat merusak mental siswa.
Adapun sintaks pembelajaran IPA dengan metode HAHU adalah pertama, pendahuluan. Guru menyampaikan KD yang harus dikuasai siswa dan memberikan penjelasan tentang metode HAHU yang akan dilaksanakan untuk menarik minat belajar sebagai pengantar sebelum kegiatan dimulai. Dengan begitu, siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Kedua, pelaksanaan. Guru memberikan penjelasan materi pelajaran sambil menyelipkan pertanyaan-pertanyaan latihan soal sesuai dengan materi pelajaran yang sedang diberikan. Siswa yang aktif menjawab dengan benar mendapat hadiah. Guru akan memberikan kesempatan bagi siswa yang melakukan restitusi/perbuatan tidak menyenangkan di kelas, juga pada siswa yang malas belajar untuk menjawab soal.
Jika ia bisa menjawab dengan benar, ia mendapat hadiah, namun jika salah dalam menjawab soal akan mendapat hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya. Semakin banyak materi soal diberikan, hadiah yang harus diberikan pun semakin banyak. Tetapi semakin banyak siswa yang membuat keributan atau malas belajar, hukuman yang diberikan juga semakin banyak.
Ketiga, penutup. Guru dan siswa merefleksi dan memberi tanggapan tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan untuk membuat kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.
Penerapan HAHU sebagai metode pembelajaran dapat mengefektifkan siswa dalam belajar IPA. Pembelajarannya menjadi dinamis, kompetitif dan menyenangkan. Sehingga capaian yang menunjukkan taraf kemampuan siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) lebih meningkat. Siswa juga mempunyai kapabilitas dalam berpikir (thinking skill) kritis, ilmiah dan analitis, serta dapat mengikuti proses pebelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. (*)